Beberapa
waktu lalu, sempat bertemu dengan seorang tukang tambal ban yang setiap hari
mangkal di pinggir jalan raya. Saya kenal baik tukang tambal ban itu. Sudah
cukup lama ia menggeluti dunia penambalan ban setelah pensiun dari sebuah
perusahaan. Baginya, menambal ban tidak untuk mencari keuntungan tetapi sekedar
mengisi waktu luang dan berkesempatan untuk membangun komunikasi dengan orang
lain, terutama bagi orang-orang yang mengalami kebocoran ban pada kendaraannya.
Terkadang
sepi menambal ban dan juga mengisi angin. Tetapi terkadang dalam sehari bisa
menambal ban beberapa motor dan bahkan ban mobil. Menurut Jarwo (bukan nama sebarnya)
yang setiap hari bergelut dengan pekerjaannya ini, terkadang memposisikan diri mirip
dokter, di mana seorang pasien tentu mencari seorang dokter. Demikian juga, “motor
yang lagi sakit kaki (baca: ban)” mencari tukang tambal supaya bisa terisi
angin lagi dan berjalan normal.
Menurut
Jarwo, kebanyakan ban motor-motor itu terkena paku jalanan. Memang, pada
beberapa waktu yang lalu, kejadian pada salah satu wilayah di Jakarta, hampir setiap pagi banyak pengendara
motor mengeluh akan tindakan orang-orang yang tidak bertanggung jawab dengan
menghamburkan paku-paku di jalanan supaya bisa menjerat roda-roda kendaraan
bermotor. Mencari rejaki seperti ini, menurut Jarwo, tidaklah baik. Memang penambal
ban senang kalau roda-roda kendaraan bermotor itu gembos supaya ada pemasukan
rejeki baginya.
Mendengar
cerita ini memang miris. Bahwa ada orang mencari rejeki secara baik dan tidak
mencederai orang lain. Rejeki yang baik bila seorang penambal ban itu menerima
saja para “pasien motor” tanpa terlibat mencederai para pengendara. Rejeki sudah
diatur oleh Tuhan, entah berapa banyak pemasukan hari itu, sudah digariskan
oleh Tuhan. Dalam kisah cerita yang sederhana ini, Jarwo mengatakan bahwa cukup
banyak membantu orang-orang yang mogok motornya. Bahkan ada yang tidak memiliki
uang recehan untuk membayar maka masih dimungkinkan Jarwo untuk tetap membawa
motornya walaupun tidak membayar.
“Mereka
cukup mengucapkan terima kasih padaku, itu sudah memberikan kelegaan.”
Pengalaman batin seorang Jarwo mengatakan bahwa jauh lebih terhormat ketika
diperlakukan secara terhormat oleh para pengendara motor yang bannya bocor. Membantu
orang itu menjadi sebuah keharusan bagiku. Jarwo berprinsip bahwa “Carilah dahulu
Kerajaan Allah” maka semuanya akan ditambahkan.***(Valery Kopong)
0 Komentar