Menjadi katekis, tidak hanya mentransfer doktrin-doktrin Gereja yang
sudah dipelajari dalam Katekismus tetapi lebih pada bagaimana menggali
pengalaman dan persoalan hidup yang sedang dialami oleh umat manusia. Proses
penggalian pengalaman iman umat menjadi terbentur ketika katekis tidak kreatif dalam melontarkan pertanyaan-pertanyaan
sebagai perangsang bagi umat dalam memahami diri dan pengalaman imannya
terhadap Allah.
Zaman berubah, katekis pun turut berubah di dalamnya. Hanya di dalam
perubahan itu katekis mestinya membaca peluang dan karakter umat yang sudah sekian tahun berada pada pola
katekese lama yang terkesan monoton dan satu arah. Para katekis Gereja yang
lebih dikenal sebagai katekis volunter
perlu menggali pola-pola baru dalam berkatekese agar umat yang
didampingi mendapat pencerahan baru karena pengalaman imannya sendiri bermakna setelah ditafsir dalam terang kitab
suci.
Pola katekese berakar pada Yesus yang dalam proses pengajaran lebih
mengedepankan situasi riil yang diangkat
dalam perumpamaan bernilai biblis. Dari perumpamaan-perumpamaan yang
dilontarkan Yesus membuat orang-orang yang diajarinya bertanya dan mengadakan
sebuah refleksi panjang tentang dunia sekitarnya. Pola pengajaran Yesus ini
juga bertentangan dengan pola pengajaran yang dibangun oleh kaum farisi dan
ahli-ahli taurat yang secara tekstual terpaku pada Kitab Taurat dan sulit untuk
keluar menjangkau situasi riil.
Yesus telah mengajar dengan menggunakan pola pendekatan yang
sederhana. Namun dalam kesederhanaan itu orang-orang pada akhirnya memahami,
siapa itu Yesus dan kerajaan Allah yang diwartakan-Nya. Gereja senantiasa
memperbarui diri (Ecclesia Semper Reformanda Est) dan dengannya semakin terbuka
mendengarkan jeritan kemanusiaan. Peristiwa-peristiwa hidup manusia yang biasa
bisa menjadi menarik dan memiliki nilai jual rohani ketika digodok secara lain
oleh katekis yang kreatif. Yesus adalah katekis sejati, dalam dirinya kita
menemukan cara-cara baru dalam menilai zaman. Buku panduan sederhana ini
mengantar kita untuk memahami diri dan
dunia sekitar dalam lingkaran katekese***(Valery Kopong)
0 Komentar