Unordered List

6/recent/ticker-posts

Belajar dari Nono

 


Mencermati berita sensasional yang kini viral tentang Nusa Tenggara Timur, banyak pengamat merasa prihatin dan bahkan miris dengan kebijakan Gubernur NTT yang menerapkan jam sekolah pada pukul 05.00 pagi untuk SMA di Kota Kupang. Pada belakangan ini ada klarifikasi dari Gubernur NTT bahwa hanya ada dua sekolah menengah atas  negeri yang dijadikan sebagai contoh. Apa yang ditetapkan dalam kebijakan itu tidak berlandaskan pada studi ilmiah yang pada akhirnya menerapkan sekolah pada dini hari itu. Karena itu apa yang diterapkan oleh Gubernur NTT itu hanya mencari sensasi dan popularitas yang tidak bermutu.

 

Menelusuri pandangan para pengamat pendidikan maupun dokter terkait sekolah pada jam lima pagi, justeru menimbulkan banyak problem karena menyangkut kesehatan anak-anak yang jam tidurnya sudah dikurangi demi mengejar waktu ke sekolah. Imbas lain, juga dirasakan oleh orang tua yang juga pasti bangun sebelum jam lima untuk menyiapkan sarapan pagi untuk anak-anaknya. Selain persoalan tentang kesehatan yang disoroti, juga masalah urgensinya apa yang mau dicapai dari proses pendidikan pada jam dini hari itu.

 

Dari hasil penelusuran, terkesan bahwa Gubernur NTT banyak belajar dari sekolah seminari dan pesantren yang teratur hidupnya serta meluluskan orang-orang berkualitas. Dari pengalaman pribadi yang hidup bertahun-tahun di seminari, baik seminari menengah maupun seminari tinggi, bangun lebih pagi bukan berarti para seminaris belajar di ruang kelas tetapi menyiapkan diri untuk ibadat pagi dan dilanjutkan dengan misa harian. Aktivitas ini dilakukan secara rutin namun ada keseimbangan hidup, antara hidup doa dan kehidupan akademik. Doa dan mengikuti perayaan Ekaristi setiap pagi merupakan kesempatan baik untuk membangun relasi dengan Tuhan dan menimbah energi melalui santapan rohani. Setelah energi rohani terisi dengan baik maka kesempatan berikutnya adalah santapan jasmani supaya anak-anak bisa dengan mudah bisa belajar dengan baik.

 

Kapan kegiatan belajar mengajar dimulai dalam lingkup sekolah seminari? Kegiatan belajar mengajar (KBM) dimulai pada pkl.07.00 pagi. Dimulainya kegiatan belajar pada pukul 07.00 pagi adalah hal yang normatif dan berlaku pada negara-negara maju maupun negara-negara berkembang. Sejalan dengan persoalan waktu belajar pagi yang menjadi polemik di NTT, barangkali anak-anak bisa belajar pada Nono, anak jenis dari NTT yang pada beberapa waktu lalu mengharumkan nama dunia. Nono tak pernah belajar di sekolahnya pada pukul 05.00 pagi. Bersama teman-temannya yang lain, Nono  mengikuti jam belajar secara normatif, pukul 07.00 pagi.    

 

Apa korelasi antara kecerdasan Nono dan pemberlakuan jam belajar pada pukul 05.00 pagi? Secara gamblang dapat dikatakan tidak ada korelasinya. Kecerdasan Nono tidak dipacu oleh jam belajar pada dini hari namun kecerdasan Nono dibangun dari sebuah ketekunan. Orang tua Nono, yang dalam kondisi serba minim, berusaha untuk menyekolahkan Nono dan ia berkembang sangat baik. Kecerdasan Nono bisa dilihat dari keseimbangan hidupnya, yakni membaca kitab suci dan buku-buku pelajaran. Ketika ditanya tentang ayat-ayat kitab suci mana yang sering dibacanya, dengan mudah ia menjawab pertanyaan para awak media sambil menyodorkan ayat-ayat suci.

 

Gubernur NTT dan kepala dinas pendidikan NTT perlu belajar dari Nono yang pandai membagi waktu untuk belajar dan bermain. Ada saat untuk belajar, ada saat untuk bermain dan ada pula saat teduh merenungkan firman Tuhan. Keseimbangan hidup inilah yang bisa terlihat dalam diri Nono. Kecerdasannya terus diasah dari sebuah ketekunan, bukan dari pemaksaan  belajar di waktu subuh.***(Valery Kopong)

Posting Komentar

0 Komentar