Mencermati
berita sensasional yang kini viral tentang Nusa Tenggara Timur, banyak pengamat
merasa prihatin dan bahkan miris dengan kebijakan Gubernur NTT yang menerapkan
jam sekolah pada pukul 05.00 pagi untuk SMA di Kota Kupang. Pada belakangan ini
ada klarifikasi dari Gubernur NTT bahwa hanya ada dua sekolah menengah
atas negeri yang dijadikan sebagai
contoh. Apa yang ditetapkan dalam kebijakan itu tidak berlandaskan pada studi
ilmiah yang pada akhirnya menerapkan sekolah pada dini hari itu. Karena itu apa
yang diterapkan oleh Gubernur NTT itu hanya mencari sensasi dan popularitas
yang tidak bermutu.
Menelusuri
pandangan para pengamat pendidikan maupun dokter terkait sekolah pada jam lima
pagi, justeru menimbulkan banyak problem karena menyangkut kesehatan anak-anak
yang jam tidurnya sudah dikurangi demi mengejar waktu ke sekolah. Imbas lain,
juga dirasakan oleh orang tua yang juga pasti bangun sebelum jam lima untuk
menyiapkan sarapan pagi untuk anak-anaknya. Selain persoalan tentang kesehatan
yang disoroti, juga masalah urgensinya apa yang mau dicapai dari proses
pendidikan pada jam dini hari itu.
Dari
hasil penelusuran, terkesan bahwa Gubernur NTT banyak belajar dari sekolah
seminari dan pesantren yang teratur hidupnya serta meluluskan orang-orang
berkualitas. Dari pengalaman pribadi yang hidup bertahun-tahun di seminari,
baik seminari menengah maupun seminari tinggi, bangun lebih pagi bukan berarti
para seminaris belajar di ruang kelas tetapi menyiapkan diri untuk ibadat pagi
dan dilanjutkan dengan misa harian. Aktivitas ini dilakukan secara rutin namun
ada keseimbangan hidup, antara hidup doa dan kehidupan akademik. Doa dan
mengikuti perayaan Ekaristi setiap pagi merupakan kesempatan baik untuk
membangun relasi dengan Tuhan dan menimbah energi melalui santapan rohani.
Setelah energi rohani terisi dengan baik maka kesempatan berikutnya adalah
santapan jasmani supaya anak-anak bisa dengan mudah bisa belajar dengan baik.
Kapan
kegiatan belajar mengajar dimulai dalam lingkup sekolah seminari? Kegiatan
belajar mengajar (KBM) dimulai pada pkl.07.00 pagi. Dimulainya kegiatan belajar
pada pukul 07.00 pagi adalah hal yang normatif dan berlaku pada negara-negara
maju maupun negara-negara berkembang. Sejalan dengan persoalan waktu belajar
pagi yang menjadi polemik di NTT, barangkali anak-anak bisa belajar pada Nono,
anak jenis dari NTT yang pada beberapa waktu lalu mengharumkan nama dunia. Nono
tak pernah belajar di sekolahnya pada pukul 05.00 pagi. Bersama teman-temannya
yang lain, Nono mengikuti jam belajar
secara normatif, pukul 07.00 pagi.
Apa
korelasi antara kecerdasan Nono dan pemberlakuan jam belajar pada pukul 05.00
pagi? Secara gamblang dapat dikatakan tidak ada korelasinya. Kecerdasan Nono
tidak dipacu oleh jam belajar pada dini hari namun kecerdasan Nono dibangun
dari sebuah ketekunan. Orang tua Nono, yang dalam kondisi serba minim, berusaha
untuk menyekolahkan Nono dan ia berkembang sangat baik. Kecerdasan Nono bisa
dilihat dari keseimbangan hidupnya, yakni membaca kitab suci dan buku-buku
pelajaran. Ketika ditanya tentang ayat-ayat kitab suci mana yang sering
dibacanya, dengan mudah ia menjawab pertanyaan para awak media sambil
menyodorkan ayat-ayat suci.
Gubernur
NTT dan kepala dinas pendidikan NTT perlu belajar dari Nono yang pandai membagi
waktu untuk belajar dan bermain. Ada saat untuk belajar, ada saat untuk bermain
dan ada pula saat teduh merenungkan firman Tuhan. Keseimbangan hidup inilah
yang bisa terlihat dalam diri Nono. Kecerdasannya terus diasah dari sebuah
ketekunan, bukan dari pemaksaan belajar
di waktu subuh.***(Valery Kopong)
0 Komentar