Unordered List

6/recent/ticker-posts

Cukaminyak, Handphone, dan Langkawi



TIGA pengalaman terkait 'cukaminyak', handphone merk nokia, dan kisah dari perjalanan jurnalistik ke Langkawi kerap jadi kisah yang sulit tanggal dalam dinding memori saya. Si bos, Helen Loura Danorikoe , pemimpin usaha penerbitan Majalah Berita Bulanan OZON agak piawai memainkan komunikasi yang sejuk di antara kami, awak OZON yang ngepos di redaksi awal media ini terbit tahun 1999.Tentu soal kualitas komunikasi antarstaf redaksi juga datang dari Pemimpin Redaksi, Pak Karel Danoriku (Alm). Helen selalu berkomunikasi dengan saya sebagai wartawan dengan tugas atau jabatan tambahan sebagai redaktur pelaksana. Sebagai penanggungjwab dalam memimpin rapat menentukan tema laporan utama setiap beberapa bulan di depan, hal tersebut yang memudahkan saya dan tentu juga rekan-rekan staf redaksi.


Kisah term 'cukaminyak', pukangero atau umpan acu (anjing) pernah singgah pada saya. Muasalnya, sebuah laporan yang terbit dipandang belum cukup data konfirmasi demi menjaga tulisan itu berimbang (coverboth side). Sebagai penulis laporan itu, saya sudah lapor ke Pemred bahwa saya sudah menghubuni narasumber yang kompeten untuk dilakukan klarifikasi. "Tulisan itu hasil wawancara dengan peneliti, si narasumber itu. Data juga saya peroleh Ada nomor kontaknya. Saya juga sudah menghubungi narasumber terkait yang berhubungan langsung dengan berita kita. Jawaban narasumber terkait itu benar agak minim. Tapi kan berimbang juga," kata saya. Buntut berita itu, lahirlah 'cukaminyak' dan acu. 

Saya jelaskan dengan tenang. Pemred agak marah karena beberapa rencana kerjasama tanggal. Sebagai pemimpin perusahaan, Helen meminta saya tak usah kecewa atau kurang hati kalau dimarah Pemred. "Tak usah dibawa ke hati. Sebagai Pemred, beliau bertanggungjawab atas isi media kita," kata Helen. 

Saat redaksi mendapat undangan liputan ke Denpasar, saya ditugaskan kantor. Kala itu, saya menyiapkan diri, membaca seperlunya tentang potensi batubara Indonesia. Maklum. Gawean di Bali itu milik Masyarakat Batubara Indonesia (ICM), yang membahas soal batubara. Bermodal ransel, tape recorder dan notebook, saya bersiap diri menunaikan tugas maha berat itu. Panitia mengirim alamat hotel di Denpasar. "Nanti saya hubungi lewat handphone kalau kamu sudah di Denpasar. Kalau ada kesulitan di Bali, nanti kirim SMS saja," kata Helen. 

"Telpon saja lewat panitia. Kan ada nomor kontak mereka. Kalau ada info penting, pasti saya dipanggil. Sampai saat ini saya belum sempat beli handpone" kata saya ke Helen. "Saya sudah siapkan nokia kecil untuk kamu," kata Helen. "Terima kasih,  Helen," kata saya. Tapi tiba di kantor sepulang dari Bali, intonasi suara Helen meninggi. "Kan sudah ada handphone. Kenapa tidak aktif selama liputan di Bali?" "Kabel charge handphone bermasalah. Arus tak bisa masuk saat dicharge," kata saya. Kami ketawa.

Ketika mendapat undangan Kedutaan Besar Malaysia liputan ke destinasi wisata Langkawi, saya meminta seorang wartawan dest wisata agar ikut liputan sesuai undangan Kedubes Malaysia. Pihak panitia meminta redaksi segera mengirimkan nama wartawan agar diproses dukumen keberangkatan. Sambil menunggu konfirmasi lebih lanjut jadwal keberangkatan, ternyata ada perubahan. Pemred meminta kalau berkenan Helen sebagai pemimpin perusahaan ke Langkawi. Namun, saya sempat menolak dengan alasan bagaimana nasib laporan jurnalistik itu kalau bukan dikerjakan wartawan. 


Sebagai bawahan, saya harus taat meski sambil was - was kalau laporan jurnalistik tidak tuntas. Setiba dari Langkawi, Helen menuliskan laporan maksimal. Saya berusaha merapikan lalu diterbitkan edisi berikutnya. "Maaf, tulisan saya belum maksimal. Keterangan narasumber saya sudah masukkan dalam laporan. Kalau belum cukup, saya serahkan semua data wisata Langkawi. Tinggal diambil mana yang diperlukan," kata Helen. 

Enu Helen punya kemampuan jurnalistik yang baik mesti fokus mengurus kerjasama dengan pihak lain mengembangkan OZON, media yang kami rintis bareng ayahnya, kraeng tua Pak Karel Danorikoe. Nyaris lima tahun saya bergabung dengan media ini sebelum akhirnya pamit di media yang saya juga ikut bangun sejak awal berdiri. 

Malam ini kabar duka datang. Enu Helen Danorikoe berpulang. Ia menyusul ayahnya tercinta yang telah berpulang dua tahun lalu, kraengtua Karel Danorikoe. Selamat jalan, enu Helen. Bahagia di Surga.   ***


Jakarta, 23 Maret 2023

Ansel Deri 

Orang udik dari kampung;

Eks jurnalis OZON.

Foto: Almrh Helen Laura Danorikoe

Posting Komentar

2 Komentar

  1. Terima kasih Kak Ansel Deri, salah satu wartawan terbaik majalah Ozon, utk kenangan baik untuk Helen Loura, juga Karel W Danoriku. Terima kasih Terima kasih

    BalasHapus