Unordered List

6/recent/ticker-posts

Hati Bunda Maria

 


Beberapa hari terakhir ini berita tentang penolakan terhadap atribut keagamaan semakin gencar. Salah satu contoh berita viral adalah penutupan patung Bunda Maria dengan terpal. Melihat peristiwa itu, banyak orang menyalahkan ormas tertentu yang disinyalir sebagai biang munculnya masalah ini. Namun sebagai orang Katolik, saya sendiri harus memberikan kritik diri terkait keberadaan rumah doa dan penempatan patung Bunda Maria yang berada di Kulonprogo – Yogyakarta. Jika melihat patung dengan ukuran yang begitu besar, barangkali kurang pas bila ditempatkan pada ruang doa terkesan sempit itu.

 

Aspek lain yang harus dilakukan adalah bagaimana pemilik rumah doa itu membangun komunikasi dengan orang-orang sekitar, terutama yang beragama non Katolik. Mengapa komunikasi menjadi penting? Karena hanya dengan komunikasi yang baik, ada ruang keterbukaan dan saling menerima satu terhadap yang lain. Keberadaan tempat doa yang dilengkapi dengan patung Bunda Maria, merupakan program jangka panjang, karena itu harus dipersiapkan secara matang. Selain itu, terkait keberadaan tempat doa itu, perlu ada pengurusan ijin dari pemerintah setempat.

 

Surat ijin menjadi penting karena itu memperlihatkan legalitas tempat yang digunakan sebagai tempat doa. Jika doa itu dilaksanakan dengan baik dan penuh rasa aman, tentunya lingkungan sekitar tetap mendukung supaya situasi tetap kondusif. Melihat reaksi di media sosial terhadap keberadaan patung Bunda Maria, mengingatkan kita akan peran dan tugas yang diemban oleh Bunda Maria sangat berat. Ketika Bunda Maria menerima kabar gembira dari malaikat Gabriel, Ia berani mengatakan ya, tetapi resiko yang dihadapi juga tidak ringan.

 

Melihat terpal biru yang dijadikan sebagai penutup patung Bunda Maria, kita teringat akan mantel biru yang dikenakan Bunda Maria. Birunya mantel Bunda Maria memperlihatkan birunya laut yang selalu siap menampung segala yang baik dan yang buruk. Hati Maria melebihi kedalaman laut yang siap menampung keluh kesah setiap orang.***(Valery Kopong)  

 

Posting Komentar

0 Komentar