Peristiwa yang melibatkan anak seorang pejabat di Ditjen pajak pada beberapa hari lalu memberikan sebuah potret buram karena mempertontonkan keangkuhan seorang anak. Peristiwa ini menyeruak karena melibatkan beberapa orang dan lebih memiriskan lagi adalah korban yang dihajar tak berdaya itu divideokan tanpa ada rasa salah. Dengan adanya video dan foto penganiayaan ini menjadi viral, para nitizen mulai bergerak membongkar latar belakang kehidupan anak. Dari pantauan melalui media sosial, didapatkan informasi bahwa anak yang bersangkutan merupakan anak seorang pejabat yang selalu memamerkan mobil dan motor mewah.
Memamerkan barang-barang mewah di media sosial menjadi pintu masuk menteri keuangan untuk mempertanyakan, dari mana asal muasal kekayaan yang diperoleh pejabat Ditjen pajak tersebut. Tak lama setelah peristiwa pemukulan yang melibatkan anak pejabat kaya itu, Menteri Keuangan langsung mencopot jabatan bapak dari pelaku penganiayaan itu. Memang memiriskan bila melihat perilaku yang mempertontonkan kemewahan dan sekaligus mempertontonkan arogansi yang berlebihan dari anak pejabat kaya itu. Nitizen bergerak dan kekayaan pejabat Ditjen pajak yang miliaran itu diusut sebagai bagian dari keterbukaan seorang pejabat dalam mempertanggung jawabkan harta kekayaannya.
Menelusuri kisah ini dan memperhadapkan dengan kisah Zakheus, ada titik temu yang bisa kita dapatkan. Kisah Zakheus yang dikenal sebagai pemungut cukai, sangat dibenci oleh masyarakat Yahudi waktu itu. Di mata orang-orang Yahudi, seorang pemungut cukai dicap sebagai pendosa karena melakukan pemerasan yang mengatasnamakan penjajah Romawi. Zakheus mengalami titik balik kehidupannya, dari yang dikenal sebagai pendosa dan pada akhirnya mengalami pertobatan. Pertobatan itu bisa terjadi karena ada perjumpaan dengan Yesus.
“Hai Zakheus, turunlah!” Aku mau menumpang ke rumahmu.” Dialog yang terjadi antara Zakheus yang saat itu berada di atas pohon, membuahkan hasil, Ia segera turun dan menjumpai Yesus. Zakheus tak hanya bertemu dengan Yesus tetapi membangun rasa tobat dan dibarengi dengan pengembalian harta pada mereka yang merasa diperas. Zakheus pun berjanji akan mengembalikan dua kali lipat. Pertemuan Yesus dengan Zakheus membawa titik balik pertobatan yang membawanya pada pelepasan beban batin dari dosa pemerasan.
Rumah
Zakheus menjadi ruang perjumpaan sekaligus memproduksi nilai-nilai kebaikan
yang menjadi tuntutan dari sebuah pertobatan. Zakheus boleh mengalami kelegaan
dan boleh berada kembali dalam pergaulan sosial karena terpulihkan nama baiknya
oleh Yesus. Apa yang bisa kita pelajari dari pengalaman Zakheus dan kasus
pejabat Ditjen pajak? Berhentilah untuk memperkaya diri dengan harta-harta
gelap dari persekongkolan dengan perusahaan-perusahaan yang membayar pajak.
Publik saat ini semakin jeli dan memberikan kontrol sosial yang sangat kuat
terkait harta kekayaan yang dimiliki oleh seorang pejabat publik. Berhentilah
memamerkan harta dan bersikap arogan karena kekayaan itu hanyalah sementara.
Suatu saat harta ini dimakan oleh ngengat dan karat, sesuatu yang
sia-sia.***(Valery Kopong)
0 Komentar