Unordered List

6/recent/ticker-posts

Jalan Iman yang Tidak Mulus

 

                                                     

                              

Tema renungan kita pada hari Minggu Paskah ke-3 ini ialah: Jalan Iman Yang Tidak Mulus. Seorang gadis remaja sedang mengalami patah hati dan mengunci dirinya di kamar. Tidak seorang pun di keluarganya dapat mendekat dan memberikan nasihat atau penghiburan. Pacarnya yang memutuskan hubungan mereka  tidak bisa dikontak, dengan maksud supaya ia yang harus berbicara.

 

Seorang pastor di paroki dihubungi untuk berbicara dengan gadis itu. Melalui telepon pastor pertama-tama memberikan dia pengertian, lalu membuka kesempatan dirinya dengan leluasa berbicara tanpa halangan. Setelah itu Pastor mengarahkan dia kepada suatu terang dari Tuhan yang selalu baik hati dan menerima orang-orang yang mengalami kesulitan. Pada akhirnya, gadis itu dapat diyakinkan bahwa ia harus mengampuni sang pacar, lalu melakukan pengakuan dosa, dan dilanjutkan dengan menerima Komuni Kudus di dalam Ekaristi.

 

Pengalaman gadis itu adalah umum dalam hidup banyak orang. Normalnya, kita mengalami semacam krisis di dalam hidup. Kemudian ada bantuan pihak lain yang membuka kesadaran kita bahwa kita sedang krisis atau di dalam masalah. Selanjutnya kita dibantu untuk melihat adanya terang dari firman dan kebijaksanaan Tuhan untuk didengar dan diikuti. Dan akhirnya kita sampai pada puncak penyelesaian masalah dengan berjumpa Tuhan sendiri yang kita dambakan, melalui sebuah perayaan iman atau peristiwa rohani yang spesial.

 

Ilustrasi yang demikian sungguh terjadi dengan dua murid Yesus yang sedang dalam perjalanan ke Emaus dan mereka berjumpa dengan Yesus. Mereka sedang krisis, namun Tuhan turun tangan dan menyelesaikan krisis iman yang mereka hadapi. Saat perjumpaan mereka dengan Tuhan ialah ketika mereka mendengarkan firman dari kitab suci dan ketika Yesus memecahkan roti lalu dibagikan kepada mereka. Peristiwa iman seperti ini terjadi di dalam perayaan-perayaan Misa kita. Di dalam Misa kita harus dapat mengenal Tuhan dengan jelas.

 

Tetapi agar dapat mengenal Tuhan dengan sesungguhnya, prosesnya tidak mulus. Sebelum menghadiri Misa untuk mendengarkan Sabda Tuhan dan menerima Komuni Kudus, hidup kita bagai di tengah krisis. Ada konflik, ada perasaan negatif seperti kesal, jengkel, iri dan marah. Ada kesombongan, fitnah, gosip dan kebohongan. Kita selalu diingatkan bahwa Tuhan Yesus memanggil kita untuk menjadi sempurna seperti diri-Nya dan Bapa. Ia bangkit dari kematian untuk menebus dan menyelamatkan kita. Dan terang ini mengarahkan kita untuk bertemu dengan-Nya di dalam perayaan Ekaristi. Di sana kita mendapat pengampunan dari-Nya, dihibur dan dikuatkan oleh Sabda-Nya, lalu diperkuatkan kembali dengan makanan dari tubuh-Nya sendiri. (pastor Peter, SDB)

 


Posting Komentar

0 Komentar