Tema renungan kita pada
hari Minggu Paskah ke-3 ini ialah: Jalan Iman Yang Tidak Mulus. Seorang gadis
remaja sedang mengalami patah hati dan mengunci dirinya di kamar. Tidak seorang
pun di keluarganya dapat mendekat dan memberikan nasihat atau penghiburan.
Pacarnya yang memutuskan hubungan mereka tidak bisa dikontak, dengan maksud supaya ia
yang harus berbicara.
Seorang pastor di paroki
dihubungi untuk berbicara dengan gadis itu. Melalui telepon pastor pertama-tama
memberikan dia pengertian, lalu membuka kesempatan dirinya dengan leluasa
berbicara tanpa halangan. Setelah itu Pastor
mengarahkan dia kepada suatu terang dari Tuhan yang selalu baik hati dan
menerima orang-orang yang mengalami kesulitan. Pada akhirnya, gadis itu dapat
diyakinkan bahwa ia harus mengampuni sang pacar, lalu melakukan pengakuan dosa,
dan dilanjutkan dengan menerima Komuni Kudus di dalam Ekaristi.
Pengalaman gadis itu
adalah umum dalam hidup banyak orang. Normalnya, kita mengalami semacam krisis
di dalam hidup. Kemudian ada bantuan pihak lain yang membuka kesadaran kita
bahwa kita sedang krisis atau di dalam masalah. Selanjutnya kita dibantu untuk
melihat adanya terang dari firman dan kebijaksanaan Tuhan untuk didengar dan diikuti.
Dan akhirnya kita sampai pada puncak penyelesaian masalah dengan berjumpa Tuhan
sendiri yang kita dambakan, melalui sebuah perayaan iman atau peristiwa rohani
yang spesial.
Ilustrasi yang demikian
sungguh terjadi dengan dua murid Yesus yang sedang dalam perjalanan ke Emaus
dan mereka berjumpa dengan Yesus. Mereka sedang krisis, namun Tuhan turun
tangan dan menyelesaikan krisis iman yang mereka hadapi. Saat perjumpaan mereka
dengan Tuhan ialah ketika mereka mendengarkan firman dari kitab suci dan ketika
Yesus memecahkan roti lalu dibagikan kepada mereka. Peristiwa iman seperti ini terjadi di dalam
perayaan-perayaan Misa kita. Di
dalam Misa
kita harus dapat mengenal Tuhan dengan jelas.
Tetapi agar dapat mengenal Tuhan dengan
sesungguhnya, prosesnya tidak mulus. Sebelum menghadiri Misa untuk mendengarkan
Sabda Tuhan dan menerima Komuni Kudus, hidup kita bagai di tengah krisis. Ada
konflik, ada perasaan negatif seperti kesal, jengkel, iri dan marah. Ada
kesombongan, fitnah, gosip dan kebohongan. Kita selalu diingatkan bahwa Tuhan
Yesus memanggil kita untuk menjadi sempurna seperti diri-Nya dan Bapa. Ia
bangkit dari kematian untuk menebus dan menyelamatkan kita. Dan terang ini
mengarahkan kita untuk bertemu dengan-Nya di dalam perayaan Ekaristi. Di sana kita
mendapat pengampunan dari-Nya, dihibur dan dikuatkan oleh Sabda-Nya, lalu
diperkuatkan kembali dengan makanan dari tubuh-Nya sendiri. (pastor Peter, SDB)
0 Komentar