Unordered List

6/recent/ticker-posts

Memaknai Sabat

 


Ketika mengajar pada anak-anak terutama tentang aturan pada hari Sabat yang terkesan kaku, menggiring kesadaran untuk membaca konteks Perjanjian Lama dan memperhadapkannya dengan konteks Perjanjian Baru. Dari literatur yang termuat pada traktat Sabat, ada 39 larangan yang tidak boleh dilakukan pada hari Sabat. Dari cukup banyak larangan ini mau memberikan informasi penting bagi kita bahwa Sabat di mata orang Yahudi merupakan hari penting yang berkaitan dengan kisah penciptaan dunia dan pada hari ke tujuh Allah beristirahat.

 

Hukum Taurat mendapat tempat terhormat dalam sejarah perjalanan hidup Israel. Sabat yang termuat dalam hukum Taurat menjadi “panglima” yang mengatur tatanan hidup bangsa Yahudi. Aturan itu memang baik tetapi dalam pelaksanaannya terkesan kaku. Dalam beberapa kesempatan, seperti yang tertulis dalam Injil, Yesus berusaha untuk menyoroti pelaksanaan hukum Taurat yang lebih mengorbankan aspek kemanusiaan dan menegakkan hukum secara buta. Sebagai orang Yahudi, Yesus justeru merawat hukum Taurat. Yesus sendiri menyatakan “Janganlah kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk meniadakan hukum Taurat atau kitab para nabi. Aku datang bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya.” (Mat 5:17).

 

Yesus menyoroti penerapan hukum Taurat secara kaku dan sekaligus mengingatkan pada para pemangku kepentingan dan penjaga hukum itu. Rasa cinta Yesus akan hukum Taurat, tidak menjadikan Yesus menjalankan secara buta dan membiarkan tindakan yang melanggar kemanusiaan demi melanggengkan hukum itu. Namun rasa cintanya itu ditunjukkan melalui kritik konstruktif yang menyadarkan mereka yang menamakan diri sebagai penjaga hukum Taurat.

 

Sabat mulai dihitung pada Jumat sore (matahari terbenam) sampai dengan Sabtu sore (matahari terbenam). Permulaan perhitungan waktu dalam Sabat ini tetap berlandaskan pada kisah penciptaan. Namun, baik Sabat maupun hukum Taurat yang diterapkan pada Perjanjian Lama, hanyalah bayangan yang menuntun bangsa pilihan Allah dalam proses penantian panjang akan datangnya penyelamat. “Di dalam hukum Taurat hanya terdapat bayangan saja dari keselamatan yang akan datang, dan bukan hakikat dari keselamatan itu sendiri…” (Ibr 10:1). “Sebelum iman itu datang kita berada di bawah pengawalan hukum Taurat, dan dikurung sampai iman itu telah dinyatakan. Jadi hukum Taurat adalah penuntun bagi kita sampai Kristus datang, supaya kita dibenarkan karena iman. Sekarang iman itu telah datang, karena itu kita tidak berada lagi di bawah pengawasan penuntun.” (Gal 3:23-25).

 

Kehadiran Yesus merupakan puncak revelasi Allah yang bisa dimaknai dalam Perjanjian Baru. Untuk menebus seluruh dosa manusia, Yesus harus menjalani sengsara, wafat dan bangkit dari alam maut. Proses ini dilalui oleh Yesus dan sungguh membawa penyempurnaan dunia dengan nilai pengorbanan tanpa batas. Oleh kebangkitan-Nya dari alam maut pada hari Minggu pagi, membawa perubahan.  Hari Sabat—hari ke tujuh dalam minggu mengacu kepada hari istirahat di akhir Penciptaan. Sedangkan hari Minggu adalah  hari pertama dalam minggu, mengacu kepada kebangkitan-Nya. Karena oleh misteri Paskah Kristus, kita menjadi ciptaan yang baru: “Jadi siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru: yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang.” (2Kor 5:17). Makna istirahat dari pekerjaan tetap ada, tetapi bukan itu saja, melainkan mengarah kepada puncak dari maksud Allah menciptakan segala sesuatu: yaitu untuk dijadikan semuanya menjadi ciptaan baru di dalam Kristus.***(Valery Kopong)

Posting Komentar

0 Komentar