Tigaraksa, Gagas Indonesia Satu.com
ZAMAN terus berubah saat kurikulum 2013 sedang diberlakukan muncul kurikulum merdeka yang digagas Menteri Pendidikan Nasional dan Ristek, Nadiem Makarim. Ada kesan muncul semacam kegagapan para guru dalam pemanfaatan teknologi. Lantas apa yang bisa dilakukan Pembimbing Masyarakat Katolik?Program ini merupakan langkah maju Pembimas Katolik Prov. Banten untuk menolong para guru juga katekis di 16 paroki se Banten.
Sebanyak 50 -an orang guru agama Katolik juga sebagai katekis paroki yang biasa dikenal mengajar anak – anak yang menyenyam Pendidikan di luar sekolah Katolik yang tergabung dalam Persudaraan Siswa-siswi Negeri Katolik (Persink) di Tangerang bertemu di aula SDS Fioretti, Tigaraksa, Kab. Tangerang.
Turut hadir Pembimas Katolik Kemenag Prov. Banten, Osner Purba, S.Ag, M.Si, Penyelenggara Katolik Kemenag Kab Tangerang, Petrus Kanisius Kebaowolo, S.Ag, Penyelenggara Katolik Kemenag Kota Tangsel, Markus Suprianto, S.Si, M.Pd. Kehadiran para guru tadi untuk mengikuti pembinaan. Kegiatan itu menghadirkan empat pembicara Rm Matius Pawai, CICM, Andre Wibawa, Aries Sasongko-Titus Haryanto.
Pembimas Katolik Kemenag Banten , Osner Purba, S.Ag, M.Si mengharapkan dengan adanya pertemuan ini para katekis tersebar di 16 paroki itu bisa menerapkan ilmu yang disampaikan oleh nara sumber. Dengan kompetensi masing-masing nara sumber mereka bisa menyampaikan gagasan yang bermanfaat selanjutnya bisa diterjemahkan dipraktikkan dengan baik.
Pastor Matius Pawai, CICM dalam materinya menegaskan dua tantangan besar yang dihadapi para guru yang juga betugas sebagai katekis paroki. Dua tantangan itu di dalam yakni bagaimana guru itu terus meningkatkan kualitas pengajarannya sedangkan tantangan dari luar soal tuntutan pekerjaan yang diimbangi dengan kesejahteraan ekonomi masing-masing guru. “Maka, benang merah dari pembinaan ini para katekis mesti mampu secara kreatif mengembangkan dirinya,’’ kata pastor rekan Paroki Pinang, Ciledug , St Bernadeth ini.
Andre Wibawa dalam materinya menegaskan perlu setiap guru kembali ke identitasnya. Dalam pandangan Sigmund Freud membagi tiga hal dalam diri manusia yakni tubuh dan, jiwa dan roh. Jika seorang manusia hanya mendominasi tubuh dan jiwa saja maka ia akan mengalami kesulitan tapi ketika melibatkan roh maka ia akan merasa nyaman, tidak terbebani oleh situasi apapun.
“Seorang guru di sebuah sekolah mengajar di Jakarta tapi ketika mendapatkan penghasilan yang hanya tidak seberapa dibandinglkan dengan guru lain yang mendapat TKD yang jumlahnya fantastis ia hanya merasa bersyukur tapi ketiga anak dari guru tersebut mengenyam pendidikan di universitas yang favorit. Ia melihat Tuhan memberi dia cukup dan memperoleh berkat untuk anak-anaknya,’’ kisah Andre.
Kisah tadi menujukkan bahwa hidup bukan hanya membutuhkan semata-mata terpenuhinya tubuh dan jiwa saja tetapi dalam memaknai kebahagiaan mungkin berkat itu diterima oleh anak, keluarga dalam bentuk kesehatan yang baik maupun pendidikan yang sukses. “Maka ketika seorang katekis mengundurkan diri dari pelayan di gereja sesungguhnya ia menjauhkan berkat,’’ kata Andre.
Aris Sasongko menyampaikan materi yang berhubungan aplikasi Al Chat GBT atau chatbot adalah program komputer yang menggunakan kecerdasan buatan untuk meniru percakapan manusia.
Chatbot dapat digunakan untuk berbagai tujuan, seperti membantu pelanggan dalam layanan pelanggan, memberikan informasi, menjawab pertanyaan, dan banyak lagi. Chatbot juga dapat terhubung dengan berbagai platform seperti aplikasi pesan instan, situs web, media sosial, dan lain-lain.
“Chatbot biasanya didukung oleh teknologi pemrosesan bahasa alami (natural language processing) dan kecerdasan buatan (artificial intelligence) untuk mengenali dan memahami kata-kata yang digunakan oleh pengguna, dan memberikan respon yang relevan dan akurat,’’ kata Aris Sasongko.
Dengan adanya aplikasi ini guru (guru Persink) dimudahkan dalam menyiapkan bahan ajar untuk para siswa. Dengan kemajuan teknologi kecerdasan buatan (AI), guru dihadapkan untuk beradaptasi dan meningkatkan kemampuan dalam bidang teknologi pembelajaran masa kini. Ketika para siswa sudah terbiasa menggunakan gawai, guru juga sudah bisa menyajikan materi dengan pemanfaatan aplikasi AI.
Katekis diberi materi untuk meningkatkan kompetensi dirinya.Itu artinya mereka tidak hanya tampil biasa-biasa tapi juga mengikuti perkembangan mulai soal materi, metode, gaya penyampaian yang kekinian yang menyentuh kedalam hati peserta didik, nah itu berarti mereka harus kreatif menemukan cara cara baru, termasuk jangan sampai gagap teknologi. Guru Persink, maju terus. **
(Konradus R. Mangu)
Ket foto; peserta berfoto bersama saat kegiatan pembinaan.
0 Komentar