Unordered List

6/recent/ticker-posts

Seruan Profetis Nabi Amos

 


Membaca dan merenungkan tentang kisah nabi Amos, ada sesuatu yang menarik. Pada zaman nabi Amos, ia berbicara lantang menyoroti ketidakadilan dan juga persoalan korupsi yang merajalela pada zamannya. Kegalauan Amos dan terus menyuarakan seruan profetis itu, menampilkan sebuah sikap peduli terhadap persoalan sosial yang terjadi. “Lembu-lembu basan” merupakan bahasa kiasan yang dilontarkan oleh seorang Amos sebagai bahasa sinistik pada mereka yang selalu hidup boros dan mempertontonkan keglamouran hidup.

Amos menjadi tokoh penting dalam mendobrak situasi yang amburadul. Nyali seorang Amos sangat teruji di tengah gempuran hidup para pejabat dan karena gaya hidup yang berfoya-foya itu maka menimbulkan keterpurukan hidup masyarakat Yahudi waktu itu. Mengapa masyarakat saat itu hidupnya terpuruk? Karena masyarakat dipungut pajak yang tinggi namun hasil pajak digunakan juga untuk berpesta pora.

Melihat perjuangan Amos dalam Perjanjian Lama, memberikan inspirasi untuk saat ini terutama dalam kaitan dengan kehidupan para pejabat saat ini yang sering memamerkan kekayaan namun hasil kekayaan itu disinyalir tidak wajar dalam perolehannya. Direktorat pajak yang memiliki kewenangan untuk mengurusi masalah perpajakan, menjadi tersandung karena beberapa oknum terindikasi  dengan masalah permainan pajak itu.

Siapa yang bisa menyoroti persoalan orang-orang yang menyelewengkan uang negara? Amos saat ini, saya melihatnya dalam diri seorang Prof. Mahfud MD, salah satu menteri yang pada belakangan ini berusaha membuka aliran dana yang begitu besar. Di hadapan para DPR RI, Mahfud MD memberikan keterangan terkait aliran dana. Perjuangan seorang Menko Polhukam harus melewati jalan terjal dalam upaya penyelesaian uang negara yang disinyalir mengalir ke oknum-oknum. Teruslah menyoroti persoalan ini, rakyat Indonesia menanti hasilnya.***(Valery Kopong)

 

  

Posting Komentar

0 Komentar