Anda penggemar musik, bisa jadi Anda pernah mengikuti jejak
Dominggus Kia Beda dalam laman Youtube.
Pria kelahiran Sorong, berdarah Honihama-Tuwagoetobi telah “berpulang”. Namun
pria yang akrab disapa Do ini meninggalkan jejak perjuangan hidup laik
diteladani. Olahraga,musik adalah karunia terindah bagi seorang keyboardis musik
ternama.
Secara sengaja media menurunkan artikel ini lantaran
perjuangan hidup Do penuh air mata, pergumulan bahkan jejak -jejak perjuangan
penuh iba. Kepergian kedua orangtua, pendidikan
yang nyaris tak rampung, membuat Do mengambil peran ganda menggantikaan ayah sekaligus ibunya yang
telah tiada.
Dominggus Kia Beda Kuyo Uman, dilahirkan anak kedua dari
empat bersaudara di Sorong, Ibu Kota Propinsi Papua Barat Daya, 15 September
1985. Ia hadir buah kasih Bapa Piter Bebe Kewa (Alm) dan Ibu Theresia Tenoa
Bakan (Alm.)
Do dibesarkan, tumbuh hingga usia remaja 12 tahun di tanah
rantau Sorong. Tahun 1996, bersama keluarga pulang ke Honihama-Witihama,
Adonara ,Flores Timur. Ini sebagai wujud kerinduan tanah leluhur karena diyakini
kampung halaman, kekuatan kepada semua anak Lewotana di tanah rantau.
Kebahagian berada di kampung direnggut seketika. Tahun itu
juga "Do" bersama saudara-saudarinya harus rela ditinggal pergi ayah
yang sangat mereka cintai. Bapa Piter Bebe Kewa, ayah Do, meninggal dunia, 25
Desember 1996. Natal kala itu berubah nuansa jadi duka mendalam bagi Do
dankeluarga.
Duka teramat dalam, ditinggal pergi Sang Ayah. Do merasa
harus bertanggungjawab, ikut menjadi tulang punggung keluarga. Hidup terasa
hambar tanpa ayah, namun harus terus dijalankan, sebab roda kehidupan terus
berputar.
Dengan semangat tersisa, dalam pelukan Ibunda, mereka
sekeluarga kembali ke Sorong. Selang dua tahun, tepatnya 21 April 1998, Tuhan
mengambil kembali ke pangkuan Ilahi, ibunda yang disayangi, Theresia Tenoa
Bakan.
Layaknya di kisah sinetron, tapi inilah kenyataan yang
dialami Do bersama kakak adiknya.
Nahkoda kehidupan keluarga harus diambil alih oleh Do, sebagai lelaki
sulung. Dan, lagi-lagi keputusan diambil mereka harus kembali ke Honihama.
Di Kampung Honihama tanpa ayah dan Ibu. Menyesuaikan diri pada suasana kehidupan yang
baru harus dimulai. Ada banyak hal yang disesuaikan saat itu, mulai dari teman
bermain, bahasa, pendidikan, makanan, tempat tinggal. Meski demikian Do bersama
kakak dan adik-adiknya terus menjalani hidup seadanya.
Pendidikan dan Olahraga
Do menamatkan pendidikan dasar di SDK Watoone, melanjutkan
pendidikan Menengah Pertama (SMP) di Mater Inviolata, Kota Larantuka, kemudian
pindah dan melanjutkan pendidikan di SMP Swasta 1912 namun sayang di Lembaga ini
Do tidak menyelesaikan pendidikannya.
Setelah sekian lama Do sudah leluasa bergaul. Ia mudah menempatkan
diri. Ia aktif kegiatan dusun, termasuk wadah Karya Baru dan Purnama, juga aktivis
di Stasi Hinihama, St Yudokus. Di bidang olahraga Do gemar bermain Bola Voli.Sementara di
bidang musik Do piawai bermain gitar, juga Keyboard. Keterampilan ini,
membuatnya tidak sulit mendapat teman. Anak-anak muda Honihama, khususnya
Lewoblolon lebih cepat mengenalnya dan belajar banyak hal dari kecakapan yang
ia miliki ini.
Karya musik selalu ditampilkan panggung di Honihama. Ia aktif
bermusik mengiringi lagu-lagu rohani ketika ibadah di gereja. Sempat bergabung
bersama Grup Adonara Band bersama Dorus Bahi, dkk dibawah pimpinan Stefanus
Kopong Tuan (alm).
Kegemaran lahraga volly, mengantarnya sebagai pemain handal dan disegani. Ini
terbukti bahwa selain sebagai pemain inti Karya Baru Lewoblolon, dan Ival
Honihama. Sejumlah tim diikuti, diantaranya, Fajar Witihama, Simpati Witihama,
Arwana Lembata, dan lain-lain. Bersama Ival Honihama, pernah meraih Juara II
dalam Turnamen bergengsi, Lewoduli Cup Tahun 2010.
Dari sosok Do lelaki berdarah Honihama, punya motivasi lebih
untuk giat dalam latihan, juga punya impian untuk menjadi pemain Voly yang bisa
dipakai untuk memperkuat team- team tangguh dari Desa dan Kabupaten lain
seperti yang ia lakukan. Cukup lama Ia berada di Lembata untuk bermain voli. Di
Lembata, ia mendapat berkat lebih, yakni bisa melanjutkan pendidikan SMP dan
SMA melalui Jalur Paket B dan C dan mendapatkan ijazah. Dengan modal ijazah
tersebut, Ia dipercayakan bekerja di Koperasi sebagai tenaga lapangan.
Fokus musik
Jiwa merantau di hati Do rupanya masih tersisa. Setelah lama
bergelut bidang olahraga, Do memutuskan merantau ke Bali. Musik mengantar pria
berpenampilan awal gondrong ini selanjutnya sebagai pegiat musik dan menjadi
pemain keyboard MARAPU Band.
Marapu Band terbentuk 10 November 1999 di Yogyakarta dengan
Komposisi lengkap, Yanto Pekabanda (Vocal), Dondho Kapita (Bass guitar), Micah
Johnston (drum), Ryo Santoso (rhythm guitar), Novantara Bjs (Lead Guitar),
Domiggus Kia Beda (Keybord) dan Arno Mariani (Manager). Kariernya kian baik
dari hari ke hari. Orang Honihama ikut bangga melihat pencapaiannya yang ia
unggah di media sosialnya.
Melalui penuturan dari Rahman Sabon Nama, Orang Adonara yang
sudah lama di Bali. Setiba di Bali, Almahrum "Do" menekuni pekerjaan
utama yakni mengisi Acara musik sebagai pemain Keyboard di beberapa Hotel di
Kuta, Legian dan Sanur. Selain bergelut di dunia music, Almarum aktif dalam
organisasi diantaranya; Ikatan Keluarga Besar Flobamora Bali dan Keluarga Besar
Lamaholot Bali.
Almahrum yang dikenal sebagai keyboardis Marapu Band pernah
mengisi acara musik Charity Night untuk Korban Bencana Gunung Ile Ape, Lembata digelar
Flobamora Bali dan Lamaholot Bali, 2020.
Do juga bersama teman mengisi acara yang sama untuk korban bencana banjir
bandang di Adonara 2021, digelar Lamaholot Bali. Selama Covid 19 tahun 2020 -
2021 bersama Lamaholot Bali menggalang bantuan sembako untuk para mahasiswa dan
pekerja yang di-PHK di Bali.
Sukses di dunia musik di tanah perantauan, tidak membuat Ia
angkuh dengan aktivitas- aktivitas anak muda di Honihama. Pada momen Karya Baru
Kreatif yang menyiapkan panggung bermain musik bagi anak- anak muda di Lewo
beberapa tahun kemarin, Almahrum Dominggus mengirim beberapa rupiah hasil kerja
kerasnya di perantauan, demi kelancaran kegiatan di kampung. Wujud kongkrit
dari gelekat untuk Orang Muda.
Almahrum secara fisik terasa jauh di Bali, tetapi tidak
sungguh sungguh jauh berkat komunikasi yang selalu ada dengan orang muda di lewotana.
Kembali ke Lewotana suatu hari nanti dan merangkul anak anak muda untuk bermain
musik adalah impian terbesarnya. Maka sering pula, pada akhir tahun. Ia selalu memilih
berlibur di kampung.
Sekitar pertengahan Februari 2023, fisiknya drop. Gejala yang
tampak diantaranya, mengigil, demam, selera makan hilang hingga sulit tidur di
malam hari. Do berinisiatif menghubungi Meyta di Batam untuk bisa ke Bali
menjenguknya. Meyta menyanggupinya dan tidak perpikir panjang tentang
pekerjaan, Meyta dari Batam langsung menuju ke Bali menjenguk saudara
sulungnya. Dan atas permintaan Do, kakak beradik yang sudah lama ditinggal
pergi Ayah dan Ibu ini, berjuang sekuat tenaga untuk bisa tiba di kampung
halaman.
Akhir Maret keduanya tinggalkan Bali dan tiba Eltari Kupang. Kondisi Do mulai memburuk sehingga memutuskan menjalani perawatan di RS Kartini Kupang, selama satu Minggu.
Setelah kondisinya terasa sedikit membaik, Do dan Meyta
melanjutkan perjalanan ke Honihama menggunakan jasa Feri dari Kupang pada
tanggal 12 April 2023, dan tiba di kampung 13 April 2023.
Di kampung, kondisinya sedikit membaik sehingga sempat
jalan-jalan di sekitar rumah. Kondisinya kembali memburuk, 15 April 2023. Do
merasa sesak napas,stelah tiga hari Do dibawa ke RS Pulitoben, Witihama. Karena
kondisi tidak mengalami perubahan, dokter dan tim media memutuskan untuk
melakukan rujuk ke Rumah Sakit Hendrikus Fernandez Larantuka. Dalam perawatan sejak Rabu 19 April 2023,
tidak ada tanda tanda perubahan.
Dokter dengan segala cara berjuang untuk menyembuhkan Do. Kenyataan
lain, 21 April 2023, almahrum mengalami koma. Keluarga terus memberikan doa
dukungan. Namun semua yang diupayakan manusia, semua yang direncanakan oleh
keluarga, pada akhirnya ditentukan oleh Sang Pemilik Kehidupan. Sang
Penciptalah yang memberi keputusan.
Tepatnya, Sabtu 22 April 2023, pukul 22.26 wit atau kurang
lebih pukul sebelas malam, Do menghembuskan napasnya terkahir disaksikan Meyta,
James Lebu, dan keluarga lainnya di RSUD Hendrikus Fernandez.
Do meninggalkan Istri KATRINA KAITA PUTRIANI yang hidup
bersama dengannya sejak tahun 2013 dan dikaruniai seorang anak bernama
FREDERICK UMBU ELTON, juga rumpun keluarga lainnya dan kita semua dalam rentang
Usia 37 Tahun, 4 Bulan, 7 Hari.
Selamat jalan Dominggus Kia Beda, kisahmu menorehkan perjuangan
hidup. Do telah mengembangkan berbagai talenta. Kami masih merindukan pelayanan
dan karyamu, hanya Sang Pemilik kehidupan lebih mencintaimu. Kendati demikian jejak-jejak
perjalanan telah menorehkan kisah hidup penuh bermakna, juga teladan. ***(
Konrad R. Mangu)
ket foto
1. Dominggus Kia Beda ( foto 1 dan 2)
2. Katrina Putriani dan putera terkasih
*
0 Komentar