Beberapa hari yang lalu, saya sempat melihat berita tentang kerja sama yang dibangun antara Direktur Radio Tirilolok-Kupang dengan Unika Widya Mandira – Kupang terkait program yang akan diisi bersama pada radio Tirilolok. Dari berita yang beredar itu, saya sempat penasaran karena yang menjadi direktur utama adalah seorang imam yang saya kenal baik yang selama ini bekerja sebagai misionaris di Amerika. Saya mencoba untuk mencari informasi dan melalui messenger, saya menyapa Pater Dismas, SVD dan meminta nomor WA.
Seperti gayung bersambut. Tepat pada Senin, 15 Mei 2023, beliau langsung menghubungi saya dan kami ngobrol seputar pemberitaan melalui radio. Pater Dismas yang selama ini bekerja sebagai misionaris, kini bertugas di Provinsi SVD Timor dengan mengemban tugas baru sebagai direktur Radio Tirilolok Swara Verbum. Memang, dalam perkembangan radio saat ini banyak mengalami tantangan terutama berhadapan dengan media sosial lainnya. Namun tantangan-tantangan itu bukan menjadi sebuah halangan namun justeru menjadi sebuah cambuk untuk bisa memotivasi diri agar maju seirama dengan tuntutan zaman.
Dalam obrolan yang cukup lama melalui telpon itu, pada akhirnya kami menemukan satu esensi dasar dari bekerja sebagai pewarta. Untuk apa kita memberitakan berita? Kepada siapa berita itu disiarkan? Pertanyaan-pertanyaan sederhana ini muncul untuk menggali lebih dalam tentang hakikat dasar dari misi SVD (Societas Verbi Divini) yang sudah ratusan tahun menggapai pelosok dunia. SVD sebagai serikat misi menjadi pelopor untuk memasuki daerah-daerah yang belum mengenal Kristus dan Injil. Kehadiran SVD pada daerah-daerah pedalaman merupakan sebuah bentuk kerasulan di mana ada upaya untuk mengenalkan Sang Sabda yang menjelma menjadi manusia.
Serikat Sabda Allah (SVD) didirikan di Steyl negeri Belanda pada 1875 oleh imam Katolik diosesan Arnoldus Janssen. Arnoldus Janssen tergolong “orang gila” karena ia mendirikan sebuah biara tanpa punya modal. Ketika ditanya, dari mana uang yang digunakan untuk membangun biara? Dengan santai Arnold Janssen menjawab, “uang masih ada di saku para penderma.” Apa yang dilakukan Arnold Janssen ini merupakan sebuah karya Allah dan berkat dorongan Roh Kudus maka kegiatan misionernya bisa berjalan secara baik. Sebagai orang yang revolusioner, Arnold Janssen memperhitungkan strategi yang bisa menopang jalannya misi itu.
Tidak hanya Serikat Sabda Allah yang didirikannya tetapi juga ada SSpS. Pada tanggal 8 Desember 1889 di Steyl, Arnoldus mendirikan serikat biarawati Abdi-Abdi Roh Kudus (SSpS = Congregatio Servarum Spiritus Sancti) dan di kota yang sama pada tanggal 8 Desember 1896 ia mendirikan serikat biarawati Abdi-Abdi Roh Kudus Penyembahan Abadi (SSpS Ap = Congregatio Servarum Spiritus Sancti de Adoratione Perpetua). Mengapa beliau mendirikan tiga serikat? Pertanyaan ini muncul ketika berhadapan dengan aktivitas misi. SVD dan SSpS merupakan biara aktif yang selalu terjun untuk mengembangkan misi. Sedangkan SSpS Ap merupakan biara kontemplatif yang setiap saat berdoa di depan sakramen Maha Kudus.
Arnorld Janssen
menyeimbangkan kehidupan misioner aktif dan kontemplatif. Kontemplasi menjadi
penting karena bisa menopang seluruh gerak perjalanan misi melalui doa-doa. Ia menyadari
bahwa tanpa adanya doa maka sia-sialah misi pewartaannya. “Serikat Sabda
Allah memiliki Spiritualitas khusus warisan dari Arnoldus Janssen, sebagai semangat dasar dan sumber kekuatan dalam menjalankan seluruh karya
misinya. Spiritualitas SVD meliputi : Pertama, Spiritualitas Triniter : Kasih
kepada Allah Tritunggal menjadi dasar hidup dan kekuatan bagi kerasulan SVD.
Inilah sari pati dari kekuatan guna membantu semua orang, dan anggotanya untuk
memperoleh pemenuhan martabat manusia, yakni dalam mengambil bagian dalam hidup
komunitas Allah Tritunggal dalam hubungan yang mesra dengan semua manusia dalam Allah Tritunggal. Hal ini
diwujudkan dalam semangat hidup berkomunitas, persaudaraan dan
internasionalitas. Kedua, Spiritualitas Misoner. Sebagaimana Bapa mengutus
Putera, dan Bapa serta Putera mengutus Roh Kudus, demikian juga SVD ingin
mengambil bagian dalam tugas perutusan, mewartakan Sabda Allah sebagai sorang
misionaris. Ketiga, Spiritualitas Passing Over, dimana setiap misonaris rela
dan berani untuk meninggalkan kemapanan diri yang eksklusif degan orang dan
budaya lain dalam melaksanakan karya misionernya.”
Arnold Janssen pada
saat awal mengemban misi, beliau menggunakan media cetak sebagai sarana dalam
menyembarkan kabar suka cita. Kini, SVD Timor masih mempertahankan Radio Tirilolok
Swara Verbum sebagai media pewartaan yang handal. Majulah terus Radio Tirilolok.***(Valery
Kopong)
0 Komentar