Unordered List

6/recent/ticker-posts

Jangan Kotori Bait Allah

 (Sumber Inspirasi, Markus 11: 11-26)

 

Penginjil Markus hari ini mengajak kita untuk memaknai tindakan Yesus yang tidak biasa. Ia mengusir para pedagang yang berjualan di sekitar Bait Allah. Tindakan Yesus ini terkesan otoriter tetapi sesungguhnya di balik itu, Ia sedang menata sikap dan perilaku orang-orang Yahudi. Para ahli Taurat yang dikenal sebagai tokoh oposisi berusaha untuk tidak memberikan perlawanan karena banyak orang kagum akan pengajaran-Nya.

Pada peristiwa di mana Yesus membersihkan Bait Allah, dikaitkan juga dengan peristiwa di mana Yesus mengutuk pohon ara. Banyak penafsir kitab suci memberikan makna secara eksplisit dari tindakan Yesus mengutuk pohon ara. Jika dilihat dari sisi makna perumpamaan tentang pohon ara yang tidak berbuah, secara tidak langsung, Yesus menganalogikan pohon ara yang tidak berbuah sebagai umat Israel yang tidak produktif. Memang, saat Yesus melihat pohon ara itu tidak bertepatan dengan musim buah ara. Yesus ingin menghendaki agar setiap orang Israel lebih produktif, menghasilkan buah-buah kebaikan dan tidak mengenal musimnya.

Bait Allah adalah Rumah Bapa, tempat untuk membangun daya hening dan berkomunikasi dengan Allah dalam kesunyian. Karena itu ketika mendapati Bait Allah disalahgunakan oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab, memunculkan kemarahan Yesus. Yesus membanting meja yang dijadikan sebagai tempat untuk berjualan, memberikan sebuah pesan bahwa rumah Tuhan menjadi kotor dan jika rumah Tuhan telah dikotori oleh manusia maka ada ketertutupan hati pada Allah.

Bait Allah yang sedang dibersihkan oleh Yesus “beratapkan kemunafikan” dan sedang dijadikan sebagai ruang transaksi sosial dan ekonomi. Para ahli Taurat memanfaatkan Bait Allah sebagai sarana untuk mempertontonkan kesalehan diri untuk meraih pundi-pundi ekonomi. Kemunafikan, kebohongan dan perilaku jelek lainnya masih berada seputar Bait Allah, karena itu manusia semakin menjaga jarak dengan Allah. Allah hanya bisa dijumpai dalam ketulusan  dan keterbukaan hati. Karena itu tindakan Yesus mengusir para penjual, membuka selubung kemunafikan hidup dan perlahan menata Bait Allah untuk memproduksi kebaikan yang akan disebarkan pada mereka yang membutuhkan perhatian.

Sumber: google
Kita sebagai umat Israel baru karena baptisan dan percaya kepada Kristus, melihat peristiwa Yesus membersihkan Bait Allah menjadi sebuah momentum membuka diri terhadap sapaan Allah. Bahwa Kerajaan Allah yang diwartakan oleh Yesus tidak dimengerti oleh orang-orang Yahudi karena hati mereka tertutup oleh selubung kemunafikan. Kita tetap membuka diri untuk menerima tawaran keselamatan dari Allah yang telah mengirim Sang Putera untuk menebus dosa manusia. Bait Allah yang menjadi pusat kegiatan religius telah dinodai  oleh tindakan  transaksional penuh kecurangan. Keruntuhan Bait Allah terjadi karena kesombongan manusia yang jauh hidupnya dari Allah.


        Tindakan Yesus mengutuki pohon ara menjadi tanda kenabian yang mencerminkan  kemandulan Bait Allah, tempat doa yang telah menjadi sarang penyamun. Membersihkan  Bait  Allah merupakan tindakan sederhana yang diperlihatkan oleh Yesus untuk  mengingatkan umat Israel untuk menghargai milik kepunyaannya agar tidak runtuh sebelum telanjur memilikinya. Yesus adalah gambaran Bait Allah yang pada akhirnya runtuh namun dibangun kembali pada hari ketiga.  "Rabi, lihatlah, pohon ara yang Kaukutuk itu sudah  kering." Kekeringan pohon ara, simbol kekeringan rohani umat Israel yang hidup jauh dari Allah. Untuk bisa menjumpai  Allah yang diimani, kehidupan rohani tetap segar dan berani 
membuka diri.  Dapatkah kita menggapai Allah dalam hening tak bertepi sambil membuka diri pada-Nya?*** (Valery Kopong)

Posting Komentar

0 Komentar