Unordered List

6/recent/ticker-posts

Menyapa Tuhan Dalam Doa

 

(Sumber inspirasi: Matius 6:7-15)

Ketika orang membangun relasi dengan Tuhan melalui doa, pada saat yang sama, manusia menyatakan diri tak berarti dan bergantung pada-Nya. Tuhan yang jauh dari singgasana-Nya tetap digapai oleh manusia melalui doa-doa yang dilantunkan. Doa,  ibarat nafas hidup yang selalu memberikan energi pada manusia untuk menjalani kehidupan ini. Doa memberikan spirit bagi manusia yang sedang menyadari keberadaannya dan pada saat yang sama, melalui doa, seseorang mengalami ketenangan. Energi dari doa yang terus dibangun oleh manusia dalam relasinya dengan Sang Maha ADA, menjadikan seseorang punya nilai di hadapan Tuhan.

Apakah semua kita menyadari pentingnya esensi dari doa? Masih banyak orang di antara kita yang jauh hidupnya dari  Tuhan. Kegiatan rohani tak pernah dilakoni dan semakin seseorang jauh dari Tuhan, pada saat yang sama ia mengalami kekeringan rohani. Bagaimana ciri orang yang mengalami kekeringan rohani? Bagi mereka yang mengalami kekeringan rohani, memandang seluruh kegiatannya menjadi tidak bermakna dan mengalami putus asa berkepanjangan. Seperti pohon yang tumbuh di atas wadas dan mengalami kekeringan, perlahan akan layu dan mati.

Dalam Injil hari ini, Yesus mengajak kita untuk berdoa secara baik dan benar. “. . . janganlah kamu bertele-tele seperti kebiasaan orang yang tidak mengenal Allah. Mereka menyangka bahwa karena banyaknya kata-kata doanya akan dikabulkan.” Secara implisit, Yesus menggugah kesadaran kita untuk membangun relasi dengan Allah. Cara berdoa yang baik, tidak ditentukan oleh kata-kata yang bagus dan bertele-tele. Kualitas doa hanya ditentukan oleh Allah dan manusia yang membangun relasi dengan Allah melalui doa, tak perlu banyak bicara karena Allah tahu apa isi doa kita.

Ajaran Yesus tentang cara berdoa ini, sekaligus memberikan kritik pada mereka yang menganggap diri saleh di hadapan Allah. Doa mereka bertele-tele dan dilantunkan pada ruang terbuka sebagai cara untuk memperlihatkan religiositas semu. Namun cara berdoa seperti ini bertentangan dengan apa yang diajarkan Yesus. Pribadi Yesus adalah pribadi yang meditatif, selalu mencari waktu sunyi untuk berdoa. Waktu sunyi merupakan saat yang tepat untuk menyapa Allah dalam kediaman-Nya.

 Yesus tak hanya memberikan kritik tentang cara berdoa bagi orang-orang Farisi dan ahli Taurat tetapi juga menawarkan cara berdoa yang baik. Doa Bapa Kami seperti yang diajarkan oleh Yesus menjadi doa utama untuk membuka pintu hati Allah. Allah-ku adalah Allah yang peduli pada mereka yang kekurangan agar diberikan rezeki secukupnya. Allah yang diimani adalah Allah Maharahim, yang membuka diri pada kaum pendosa. Ia tetap membuka diri untuk menerima sang pendosa dan berani melupakan kesalahannya. Allah hanya dijangkau dalam doa yang tulus.***(Valery Kopong)

Posting Komentar

0 Komentar