Ketua PGRI Flotim , Maksi Masan Kian, S.Pd
Larantuka, Gagas Indonesia Satu.com------
PARA guru di Indonesia berusaha untuk mendapat tunjangan dari pemerintah meskipun syarat untuk mendapatkan hal itu bagai menegakkan 'benang basah' alias dengan jalan yang sangat berliku. Kondisi ini semakin diperparah dengan situasi selama dua tahun selama pandemi Covid 19 'memaksa' para guru harus melek informasi dan mau tidak mau menguasai teknologi karena dilakukan secara daring. Dampak ini membawa konsekuensi logis bagi para guru seandainya guru tidak menguasai teknologi maka otomatis akan ketinggalan.
Ketua PGRI Flores Timur, Maksimus Masan Kian,S.Pd dalam suatu kesempatan mengatakan secara organisasi profesi beberapa kali membantu para guru mengikuti pelatihan berbasis teknologi dengan tujuan memberikan ketrampilan untuk menolong para guru "zaman doeloe" bisa melek informasi termasuk cara mengoperasikan laptop dengan berbagai aplikasi seperti zoom, google meet maupun keterampilan dalam melakukan canva. Alhasil dengan langkah ini dilakukan para juga terampil menggunakan sarana ini.Meskipun ada juga yang harus lebih banyak melakukan latihan.
Ketika seorang guru melewati proses atau tahapan sertifikasi kemudian dinyatakan lulus,biasanya memperoleh tunjangan kemudian memenuhi segala kebutuhan guru tersebut. Lantas bagaimana dan seperti apa dilakukan guru-guru untuk meningkatkan kompetensinya? Berikut ini,dilakukan Ketua PGRI Flotim setelah menerima sertifikasi perdana setelah lulus akhir tahun 2022 silam.
Sertifikasi Guru atau Sergur merupakan sebuah proses pemberian sertifikat pendidik kepada guru yang sudah memenuhi standar profesional atau kelayakan seorang guru dalam Kegiatan Belajar Mengajar di sekolah. Negara menghargai dengan memberikan tunjangan profesi setara dengan satu kali gaji pokok yang dibayar setiap triwulan.
Guru yang menerima Tunjangan Sertifikasi Guru (TPG) diamanatkan untuk dari waktu ke waktu terus meningkatkan profesionalismenya. Selain untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, sebagai seorang guru penerima TPG, fasilitas pendukung dalam meningkatkan profesionalisme diharapkan dapat dimiliki seperti, laptop, sumber pembelajaran, media pembelajaran, mengikuti kegiatan edukatif seperti pelatihan, workshop, juga diharapkan dapat melakukan penelitian hingga menghasilkan karya karya tulis sebagai referensi dalam dunia pendidikan, termasuk bisa memiliki perpustakaan mini di rumah.
Maksimus Masan Kian yang juga selaku Ketua Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) Kabupaten Flores Timur melakukan hal yang unik yakni saat menerima Tunjangan Profesi Guru pertama kalinya Mei 2023, mantan Ketua Asosiasi Guru Penulis Indonesia (AGUPENA) Cabang Kabupaten Flores Timur ini membangun perpustakaan mini di rumah. Guru IPA pada SMPN 1 Lewolema ini memanfaatkan lokasi di belakang rumah sebagai perpustakaan mini. TPG yang diperoleh selain mendatangkan buku bacaan, juga mengadakan bahan dalam merenovasi tempat untuk menciptakan kenyamanan saat perpustakaan telah dimanfaatkan.
Maksi mengatakan, dirinya baru mendapatkan TPG setelah kurang lebih 13 tahun mengajar. "Saya baru terima TPG setelah 13 tahun mengajar. Memang dulu, lebih muda seseorang mendapatkan TPG. Pernah ditahun 2015 bersama istri Agnetis Da Noa, nama kami sudah keluar sebagai bakal calon penerima TPG. Kami telah melakukan pemberkasan hingga dikirim ke Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan (LPMP) melalui Dinas Pendidikan dan Kepemudaan (PKO) Kabupaten Flores Timur namun tidak tahu kenapa, saat rilis nama untuk mengikuti tahap lanjutan, nama kami berdua sudah tidak ada lagi. Baru di tahun 2022 saya ikut Pendidikan Profesi Guru (PPG), dinyatakan lulus pada akhir Desember 2022 dan telah menerima TPG perdana pada Mei 2023.
Sejak dulu saya sudah berimajinasi bahwa TPG yang saya terima nanti, sedikitnya akan saya gunakan dalam upaya meningkatkan kapasitas dan profesionalisme sebagai seorang guru secara nyata salah satunya adalah membangun perpustakaan di rumah. Perpustakaan yang digagas saat ini, tampilannya klasik.Tidak menampilkan yang mewah. Selain menyiapkan sumber sumber buku, kami juga menyiapkan sejumlah kerajinan lokal lamaholot sebagai pengenalan kepada pengujung saat datang di perpustakaan. Perpustakaan ini kami beri nama Perpustakaan Sinkron (Simpul Inspirasi Kreasi Nusantara). Perpustakaan Sinkron tidak saja membuka ruang kepada anak anak untuk membaca, tetapi juga sebagai ruang diskusi, keseniaan, dan pelatihan menumbuhkan kreativitas," kata Maksi.
Lanjut Maksi, untuk menghidupkan perpustakaan, melalui lembaga Sinkron akan bekerja sama Perpustakaan Daerah, Forum Taman Bacaan Masyarakat (FTBM) juga dengan Taman Baca Masyarakat (TBM) di Kabupaten Flores Timur untuk bisa sama sama berkolaborasi dalam menyelenggarakan kegiatan edukatif.
"Ke depan, untuk menghidupkan perpustakaan, melalui lembaga Sinkron, kami akan berkolaborasi dengan Perpustakaan Daerah, Forum Taman Bacaan Masyarakat (FTBM) juga dengan Taman Bacaan Masyarakat (TBM) di Kabupaten Flores Timur untuk mengadakan kegiatan bersama baik untuk siswa, guru maupun masyarakat pada umumnya. Tunjangan sertifikasi yang saya terima akan selalu saya sisihkan untuk memenuhi kebutuhan perpustakaan," kata Maksi. (Tim Gagas Indonesia Satu)
0 Komentar