(Catatan hari kedua kegiatan pembinaan keluarga Katolik)
Pembinaan keluarga Katolik hari ke 2 pada
Sabtu, 24 Juni 2023 diawali dengan perayaan Ekaristi yang dipersembahkan oleh
Romo Yohanes Suradi. Perayaan Ekaristi dimulai pada pkl. 07.30, bertepatan
dengan Hari Raya kelahiran Yohanes Pembaptis. Dalam homili singkatnya, Romo
Suradi mengatakan bahwa Zakharia ragu akan Allah yang pada akhirnya ia mengalami kebisuan
dan kekang lidahnya terlepas saat menamai anaknya, Yohanes. Kehadiran Yohanes
Pembaptis di dunia penuh misteri. Saat
Maria mengunjungi Elisabeth, Elisabeth
mengatakan siapakah aku ini sampai Ibu Tuhan datang mengunjungi aku? Yohanes
Pembaptis berperan penting bagi kehadiran Yesus. Ia menyiapkan jalan pertobatan
umat agar mempersiapkan diri secara baik menerima kedatangan Mesias.
Setelah Ekaristi dan sarapan pagi, para peserta
mengikuti kegiatan lanjut dengan menghadirkan Ibu M. F. Endah Lestari sebagai
narasumber. Materi yang dibawakan oleh Ibu Endah: “Keluarga Bahagia Katolik Hidup Menurut
Nasihat Injil.” Pada pemaparan awal materi, Ibu Endah yang bersama suaminya
menceritakan sebuah keprihatinan yang terjadi di negeri Jepang. Sebuah fenomena
yang terjadi di Jepang, yakni kaum muda mengalami ketakutan untuk membangun
rumah tangga. Mereka takut akan komitmen dan juga takut memiliki anak. Dengan
kondisi seperti ini berpengaruh besar pada perkembangan Gereja.
Mengutip apa yang dikatakan oleh Paus
Fransiskus dalam beberapa kesempatan menyatakan keinginan agar Gereja: menawarkan
persiapan yang lebih baik dan lebih menyeluruh bagi pasangan muda untuk
menikah, menekankan perlunya pendekatan yang relatif luas, yang diilhami oleh
katekumen pembaptisan. Pesan Paus ini berkaitan dengan proses penting dalam
persiapan sebelum membangun rumah tangga. Di satu sisi, Gereja menginginkan proses
persiapan yang matang dan memakan waktu yang lama, sementara itu kaum muda yang
mau menikah ketika mengikuti proses MRT (Membangun Rumah Tangga) lebih banyak
mengeluh akan proses pembinaan yang lama dan membosankan.
Pada sesi terakhir menghadirkan Romo Yohanes Suradi
sebagai narasumber yang mengulas materi tentang “Hidup Keluarga Katolik Menjadi
Teladan di Tengah-Tengah Masyarakat.” Di hadapan peserta yang merupakan utusan
para prodiakon dari 16 paroki, Romo Suradi mengajak mereka untuk melihat
pribadi Paulus yang patut diteladani. Saat masih Sebagai Saulus, tindakannya
menentang ajaran Kristus, namun setelah mengalami pertobatan dan mengenakan
nama baru Paulus, ia menjadi pewarta terbesar dalam Gereja. Di sini, bisa
dilihat bahwa Tuhan memanggil para pelayan bukan sebagai manusia sempurna,
melainkan memanggil mereka dalam kelemahan. Dalam kelemahan itu, para pelayan
dimampukan bisa menjadi garam dan terang bagi orang-orang yang
dilayani.***(Valery Kopong)
0 Komentar