Unordered List

6/recent/ticker-posts

Anak Sebagai Harapan Bangsa

 

                                                                 


Ronny Samsulhadi


Berbicara mengenai anak, tidak akan selesai dalam waktu yang singkat, karena anak adalah harapan keluarga lebih jauh lagi anak adalah aset bangsa, dipundak anak suatu bangsa dipertaruhkan. Untuk itu diperlukan perlindungan dan pendidikan bagi anak-anak kita, untuk perkembangan menuju masa depan yang lebih baik, kita sebagai orang tua harus memberi bekal agar mereka dapat berpartisipasi secara wajar sesuai dengat nilai-nilai kemanusiaan.

Pada masa sekarang perilaku anak-anak sangat berbeda dengan generasi-generasi sebelumny, kemajuan teknologi  membuat semuanya berubah dengan sangat cepat, perkembangan jaman berlari sangat kencang mengajak anak-anak kita untuk saling berlomba untuk saling menguasai teknologi yang seharusnya membantu secara positif, bagi anak-anak sekarang teknologi merupakan bagian dari hedonisme atau kenikmatan pribadi gaya baru

Anak jaman now cenderung lebih individualis, mereka tidak bermain bersama-sama lagi dengan teman-temannya di lapangan atau taman bermain untuk anak-anak, mereka lebih asyik dengan gadget-gadget mahal yang mereka miliki, yang mereka sendiri tidak tahu kegunaannya. Yang lebih memperihatinkan lagi  sikap menghargai dan sopan santun kepada orang tua serta kepada lingkungan sudah tidak ada lagi, dikuatirkan hal ini dapat melunturkan nilai-nilai persatuan bangsa ini.  

Secara psikologis menurut Erikson pakar psikologis perkembangan   (http://duniaanak.org/perkembangan-anak/memahami-psikologi-anak.html, diunduh 16 Juli 2018) Dimana setiap tahapan akan memberikan dampak positif dan dampak negatif. Pada usia dini, banyak hal yang menarik perhatian anak sehingga membuat mereka ingin selalu mencoba walaupun itu berbahaya untuk diri si anak sendiri. Di tahap ini, peran dan pengawasan orang dewasa sangatlah penting. Memberi dukungan dan arahan yang baik pada anak adalah cara yang tepat. Jangan memberikan kritik atau nasihat yang berlebihan karena hal itu dapat membuat anak tumbuh dengan rasa ragu terhadap kemampuannya sendiri. Hal  ini menunjukan bagaimana peran orang tua harus lebih waspada dengan perkembangan anak-anaknya, terlebih pada masa-masa saat ini perkembangan dunia yang semakin canggih serta semakin menina bobokan generasi muda  untuk lebih perhatian bagi lingkungannya.

Dialog dengan anak-anak  sebagai bagian dari generasi muda. Harus dilakukan pengawasan yang dimulai dari keluarga sebagai unit terkecil dalam masyarakat, sehingga keluarga menjadi pilar yang memperkukuh bangsa dan negara  Pendidikan generasi muda suatu bangsa bukan hanya terletak kepada orang tuanya, lingkungan terutama lingkungan sekolah dan masyarakat sekitar  termasuk pendidikan agama   berperan dalam mengasuh generasi muda.

Ajaran Gereja Katolik dalam mendidik generasi muda seperti dalam Katekismus Gereja Katolik (KGK)  2206 Hubungan keluarga menghasilkan satu kedekatan timbal balik menyangkut perasaan, kecenderungan, dan minat, terutama kalau anggota-anggotanya saling menghormati. Keluarga adalah satu persekutuan dengan kelebihan-kelebihan khusus: ia dipanggil untuk mewujudkan “komunikasi hati penuh kebaikan, kesepakatan suami isteri, dan kerja sama orang-tua yang tekun dalam pendidikan anak-anak (Gaudium et Spes  52,1). Lebih Jauh ajaran gereja dalam mendidik anak anak dalam Kitab Hukum Kanonik (KHK) 795  Pendidikan yang sejati harus meliputi pembentukan pribadi manusia seutuhnya, yang memperhatikan tujuan akhir dari manusia dan sekaligus pula kesejahteraan umum dari masyarakat, maka anak-anak dan kaum muda hendaknya dibina sedemikian sehingga dapat mengembangkan bakat-bakat fisik, moral, dan intelektual mereka secara harmonis, agar mereka memperoleh rasa tanggungjawab yang lebih sempurna dan dapat menggunakan kebebasan mereka dengan benar, dan terbina pula untuk berperan-serta secara aktif dalam kehidupan sosial. Sedangkan peran orang tua dalam Kitab Hukum Kanonik (KHK) 1136 Orangtua mempunyai kewajiban sangat berat dan hak primer untuk sekuat tenaga mengusahakan pendidikan anak, baik fisik, sosial dan kultural, maupun moral dan religius.

Yesus  dalam sabdanya (Markus 10: 14) Biarkan anak-anak itu datang kepada-Ku, jangan menghalang-halangi mereka, sebab orang-orang yang seperti itulah   yang empunya Kerajaan Allah. Hal ini dapat disimpulkan Yesus sendiri yang akan mendidik anak-anak kita, sebagai generasi penerus bangsa ini. Jadi selain orang tua dalam mendidik anak-anaknya, Gereja juga harus berperan sebagai wadah kawah candradimuka bagi kaum muda Katolik.

Pada setiap tanggal 23 Juli merupakan hari anak-anak nasional, biarlah anak-anak berkembang sesuai dengan talentanya, orang tua hanya membimbing dan mengarahkan ke ha-hal yang positif. Gereja merupakan tempat pendidikan yang baik bagi Orang Muda Katolik (OMK), yang diawali dengan Bina Iman Anak (BIA) berlanjut Bina Iman Remaja (BIR), dalam wadah ini  mereka kita ajarakan bukan hanya terbatas dalam lingkup Gereja, tetapi biarlah mereka keluar berinteraksi  dengan generasi muda antar lintas agama, sehingga pada saat Dewasa mereka dapat mewujudkan Kita Bhineka Kita Indonesia, mereka bersama generasi muda antar lintas agama dapat membangun bangsa ini dalam perbedaan  yang positif untuk kemajuan bersama sebagai bangsa yang beragam budaya, agama, maupun suku, tetapi tetap satu Indonesia.

 

Ronny Samsulhadi

Advokat

Ketua Seksi Keadilan dan Perdamaian

Paroki Grogol-Gereja St. Kristoforus – KAJ 

Posting Komentar

0 Komentar