(Sumber Inspirasi, Matius 9:18-26)
Beberapa waktu yang lalu, saya sempat
berkomunikasi dengan salah seorang kerabat yang beberapa tahun sebelumnya
mengalami sakit. Ia susah makan dan hal
ini memberikan dampak buruk pada kesehatannya. Dengan gangguan kesehatan ini
memberikan dampak yang kurang baik juga pada pekerjaan. Namun dalam komunikasi
terakhir, ia memberitahukan bahwa saat ini ia sudah pulih dari sakit dan hidup
sehat. Cerita kegembiraan ini diwartakan kepada keluarga-keluarga dekat sebagai
bagian dari ekspresi kegembiraan yang tak terbendung. Ia mulai menceritakan upaya
yang dilakukan untuk pengobatan dirinya.
Membaca kisah Injil hari ini mengingatkan saya
akan kisah hidup salah seorang kerabatku yang sembuh dari sakit. Sakit dilihat
sebagai bagian dari proses pembentukan kepribadian diri. Ada nilai kesabaran
yang dijalani, ada nilai pengorbanan yang dilakukan dan terutama mensyukuri
proses itu sebagai bagian dari salib hidup. Memang, dalam terang iman kita
mengakui bahwa perjalanan hidup tak selamanya menawarkan jalan mulus tetapi
sebaliknya ada gelombang dan prahara hidup yang harus dihadapi. Dalam proses menghadapi prahara hidup itu, muncul rasa
kecewa dan putus asa karena derita yang didapatkan itu belum surut juga.
Dalam Injil Matius hari ini mengajak kita untuk
memahami makna kehadiran Yesus di tengah-tengah mereka yang mengalami keputusasaan.
Yesus hadir memberikan spirit baru dan menegakkan kembali mereka yang jatuh
sakit. Penyakit tak akan membinasakan manusia tetapi “dengan penyakit itu anak
Allah dimuliakan.” Peristiwa-peristiwa penyembuhan yang dilakukan oleh Yesus
tak sekedar menawarkan daya kesembuhan saja tetapi juga memberikan jalan bagi
Mesias supaya dikenal dunia. Penyakit yang tak kunjung sembuh dan bahkan
penyakit yang dikategorikan sebagai kutukan Allah, sanggup disembuhkan oleh Yesus.
Kehadiran Yesus selalu membawa perubahan. Di mana
ada ketidakpastian hidup seseorang dan Yesus hadir di situ maka terjadi
perubahan situasi. Orang-orang yang mengalami kehilangan harapan oleh karena
penyakit yang diderita, Yesus hadir untuk memulihkan kembali harapan itu dengan
memberikan daya penyembuhan. Dalam menjalankan tugasnya di dunia ini, Yesus mewartakan
datangnya kerajaan Allah dan menegaskannya dalam tindakan nyata, melakukan
mukjizat. Apa yang dilakukan Yesus itu bukanlah sebuah tindakan pamer kebolehan
tetapi sebagai bentuk penyapaan Allah yang menyelamatkan.
Tetapi Yesus berpaling dan memandang dia serta
berkata: "Teguhkanlah hatimu, hai anak-Ku, imanmu telah menyelamatkan
engkau." Maka sejak saat itu sembuhlah perempuan itu.
Beriman
pada Yesus menjadi kunci utama untuk membawa sebuah perubahan. Orang-orang
sakit boleh mengalami kesembuhan tetapi sebelum mengalami kesembuhan, harus
percaya dan berpasrah diri pada-Nya. Penggalan teks Injil di atas memberikan
pesan penting bagi kita bahwa iman pada Kristus membawa harapan baru bagi kita.Dalam
nama Yesus, ada harapan baru bagi kita untuk bengkit kembali dari keterpurukan hidup.***(Valery
Kopong)
0 Komentar