Renungan kita pada hari Minggu Biasa ke-18 ini bertema: Bom Rohani Meledak. Di dalam hidup kita, bom yang meledak sangat menakutkan kita semua. Bom dalam komunikasi di antara kita dapat berupa ujaran kekerasan, makian, fitnah, dan berita-berita hoax telah menjadi musuh yang sangat mengkuatirkan kita bersama. Suara sangat tidak menyenangkan maka kita lebih memilih menutup telinga dan tak ingin mendengarkan. Kita semua mengutuk bom seperti itu
Itu semua adalah bom jasmani yang menghancurkan kehidupan. Bagaimana dengan bom rohani atau senjata rohani itu? Bom rohani sebaliknya didambakan untuk didengarkan dan kita senang melihatnya. Yang dimaksudkan dengan bom rohani yang meledak ialah kuasa Tuhan Allah yang mengagumkan. Ia membuka hati manusia untuk menerima dan membiarkan Dia menguasai hidup kita.
Ini terjadi pada hari Pentekosta. Banyak sekali peristiwa sebelum ini, hampir semua rasul dan murid Yesus belum mengerti dan mendengarkan Yesus secara sungguh-sungguh. Namun dengan Pentekosta ini bom rohani itu meledak, dan mereka semua yang dipenuhi Roh Kudus mendapatkan karunia mendengarkan dengan sangat baik. Mereka mengenal Yesus secara pribadi dan bersama, mendengarkan Dia sungguh-sungguh, lalu mewartakan Dia. Ini menegaskan kembali peristiwa penampakan di gunung Tabor, ketika suara dari dalam awan berseru: Inilah Anak-Ku yang Ku-kasihi, dengarkanlah Dia.
Kita membuka telinga untuk mendengarkan Tuhan, membuka mata untuk melihat kemuliaan-Nya yang maha tinggi, dan membuka hati untuk menerima Dia yang datang, karena Ia maha baik dan bukan penghancur seperti bom di dunia ini. Ia sungguh berdaya tarik amat dasyat sehingga semua orang dari segala penjuru datang kepada-Nya dan melayani Dia. Kekuasaan dan kerajaan-Nya menghasilkan bom rohani yang akan memecah untuk menyebarkan kabar suka cita dan penghiburan bagi setiap manusia, dan terutama mengembalikan orang-orang yang telah terlanjur menjauh dari kasih-Nya.
Yesus Kristus sebagai Tuhan yang bersabda adalah wujud nyata bom rohani itu. Ia berseru, mengajar, berteriak, menasihati, bersabar, memerintah, berkorban dan menghibur, semua ini dilakukan-Nya sebagai ledakan dan sebaran cinta kasih Tuhan untuk kebaikan kita manusia. Ada sebagian orang pada zaman itu membuka diri untuk menerima-Nya, sebagian lain tidak rela menerima-Nya. Yang menerima adalah para saksi yang meneruskan semua kisah tentang Dia kepada Gereja dan kita semua sampai saat ini. Bom rohani itu selalu meledak dalam dan melalui Gereja. Hendaknya kita memilih mendengar bom rohani ini. (Pastor Peter Tukan, SDB)
0 Komentar