Tahun politik masih lama tetapi suasana politik
kian memanas. Situasi seperti ini terjadi secara rutin lima tahunan. Apa yang
dilakukan oleh pemerintahan Jokowi, menjadi sorotan bahkan dicari-cari
kesalahan agar bisa menjatuhkan partai politik penguasa yang menaunginya.
Beberapa hari belakangan ini, para lawan politik sedang membahas situasi di
istana, tepatnya pada saat perayaan Hari Kemerdekaan RI ke 78. Ada apa dengan
perayaan HUT RI ke 78 di tahun ini?
Selain acara resmi kenegaraan, diadakan juga
acara menyanyi bersama dan para hadirin mengenakan pakaian daerah sebagai
bentuk kecintaan pada keberagaman yang ada di Indonesia. Semua orang bersuka
cita untuk mengungkapkan kegembiraan bahwa istana, sebelum pemerintahan Jokowi,
hanya ada upacara kenegaraan. Namun di zaman pemerintahan Jokowi, istana negara
menjadi istana rakyat, di mana rakyat berkesempatan menikmati suguhan acara di
istana.
Roy Suryo menyayangkan situasi perayaan HUT RI
ke 78 yang terjadi di istana negara. Beliau menilai bahwa ada tarian mirip
tarian genjer-genjer di zaman PKI saat ada gerakan tiga puluh September 1965. Apa
yang disoroti oleh Roy Suryo ditanggapi oleh Ali Mochtar Ngabalin. “Tenaga Ahli
Utama Kantor Staf Presiden (KSP) Ali Mochtar Ngabalin menyindir balik KRMT Roy
Suryo soal pesta hari ulang tahun Republik Indonesia (HUT RI) di Istana Merdeka
mirip adegan tarian genjer-genjer PKI saat G30S tahun 1965 silam”.
Lebih lanjut, pria yang bersorban itu
mempertanyaan lanjut tentang Roy Suryo yang pada tahun-tahun sebelum beliau
tidak mengkritisi perayaan HUT RI. "Tahun kemarin kenapa dia tidak menilai
ya? Apa masih dalam tahanan atau sudah di luar? Kenapa dia tidak menilai
kemarin-kemarin? Tumben tahun ini dia menilai (pesta) 17 (Agustus) kemarin.
Lucu," kata Ngabalin sambil tertawa saat dihubungi CNNIndonesia.com, Kamis
(24/8).
Apa yang disoroti oleh Roy Suryo sarat dengan
kepentingan politik, menjelang Pemilu 2024 nanti. Hanya kelompok kecil elit
politik yang menyoroti situasi di istana negara, khusus perayaan HUT RI ke 78
itu. Masyarakat umumnya melihat situasi itu masih wajar-wajar saja, karena yang
ditampilkan adalah suasana protokoler dan setelahnya baru dimeriahkan dengan panggung
rakyat. ***(Valery Kopong)
0 Komentar