(Sumber Inspirasi: Matius 23: 12-22)
Membaca Injil Matius 23: 12-22 tak lebih
membaca sebuah kisah pilu. Yohanes Pembaptis yang telah merintis jalan bagi
kedatangan Yesus, harus meregang nyawa di tangan sang penguasa. “Berikanlah aku
di sini kepada Yohanes Pembaptis di dalam sebuah talam.” Herodes sedih tetapi
karena sumpahnya dan karena malu kepada tamu-tamunya, ia segera memerintahkan
pengawal-pengawalnya untuk memenggal kepala Yohanes pembaptis pada hari itu
juga. Injil Matius mengatakan bahwa kepala Yohanes itu diletakkan dalam sebuah
talam dan diberikan kepada putri Herodias itu.” Ulang tahun Herodes yang
diselenggarakan secara mewah tetapi berujung petaka bagi Yohanes Pembaptis.
Kepalanya dipenggal sebagai ungkapan kekejian atas dendam masa lalu pada Yohanes
Pembaptis.
Membaca dan menelusuri kisah ini menjadi sebuah
moment yang menegangkan karena seorang nabi yang dihormati harus meregang nyawa
pada genggaman sang raja. Kisah heroik ini menunjukkan sebuah nilai terdalam
bagi kita, yakni keberanian seorang nabi untuk tetap menyerukan seruan profetis
tanpa takut akan penguasa dunia. “Kemartiran Yohanes berkaitan erat dengan
tegurannya yang pedas kepada raja Herodes, karena ia memperistri Herodias,
istri Filipus, saudaranya secara tidak sah.” Sebagai utusan Tuhan, Yohanes
Pembaptis berani menyerukan kebenaran dan menegur mereka yang berada pada garis
kesalahan. Tegurannya untuk menegakan nilai-nilai perkawinan yang baik, yakni
setia pada pasangannya dan tidak mengambil istri orang lain.
Yohanes Pembaptis tentu tahu tentang risiko yang
akan muncul di balik tegurannya itu. Teguran penyadaran ini merupakan suatu kewajiban
yang harus diemban oleh seorang nabi yang menjadi penyambung lidah Allah yang
mengutus-Nya. Mengemban tugas sebagai seorang nabi penuh dengan risiko bahkan resiko
kematian selalu mengancam setiap waktu. Belajar dari Yohanes Pembaptis, kita
berani untuk mengatakan yang benar untuk sebuah perubahan.***(Valery Kopong)
0 Komentar