Kisah koalisi politis yang mengantarkan Cak
Imin untuk diduetkan dengan Anies Baswedan, meninggalkan teka-teki. Cak Imin
hengkang dari koalisi bersama Prabowo dan secara mendadak mendapatkan posisi
penting sebagai cawapres bersama Anies Baswedan. Mengapa Cak Imin begitu
berambisi untuk menjadi cawapres? Mengapa Surya Paloh lebih memilih Cak Imin
ketimbang AHY? Kalkulasi politik memperlihatkan bagaimana peluang mendongkrak
suara untuk menaikkan elektabilitas Anis – Cak Imin. AHY, walaupun sebagai
ketua Partai Demokrat namun secara elektabilitas belum bisa mendongkrak
popularitas Anies.
Walaupun sudah dideklarasikan sebagai
capres-cawapres namun tetap menjadi perbicangan publik. Mengapa publik
memperbincangkan ini? Karena pertemuan Cak Imin dan Anis Baswedan dilihat
sebagai keputusan sepihak dan terkesan mengorbankan AHY yang sudah lama
membangun koalisi dengan Demokrat, Nasdem dan PKS. Peristiwa ini memperlihatkan
dinamika politik yang tidak elok dan mengorbankan etika berpolitik. Membangun
etika politik yang baik adalah membangun komunikasi dan memiliki komitmen yang
kuat. Kesepakatan antar partai dalam koalisi, menjadi penting karena hanya
dalam kesepakatan itu ada ikat emosional politik untuk bergerak bersama. Namun
menjadi pertanyaan penting adalah apakah kesepakatan itu dipegang bersama
sebagai aturan bersama yang bisa memayungi kebersamaan itu?
Cak Imin sedang memainkan politik kutu loncat
karena sebelumnya berada pada koalisi bersama dengan Prabowo. Namun dengan
bergabungnya beberapa partai seperti PAN dan Golkar, membuat Cak Imin tidak
aman dan sulit untuk menentukan arah politik dalam menghadapi Pilpres di tahun
2023. Karena itu ketika mendapatkan tawaran dari Surya Paloh, langsung
direspons dan membawanya untuk menentukan langkah pencapresan nanti. AHY
dikorbankan demi syahwat politik Anis – Cak Imin.
Cak Imin yang juga ketua Partai Kebangkitan
Bangsa, posisinya sebagai cawapres, belum tentu mendongkrak suara pemilih dari
kaum Nadhilin. Suara PKB tentu terpecah karena basis PKB terutama suara kaum
Nadhilin tidak secara utuh untuk Cak Imin tetapi juga sebagian besar suara itu
berakar pada keluarga Gus Dur dan simpatisannya.***(Valery Kopong)
0 Komentar