Budiman Sujadmiko, sosok yang dulu dikenal
sebagai aktivis dan pembela hak-hak
asasi manusia, kini berada dalam ruang kontroversi. Setelah mengambil
keputusannya untuk berada bersama Prabowo Subianto, banyak orang melontarkan
kekecewaan. Dulu dilihat sebagai penentang dan berseberangan dengan Prabowo, kini
harus berada dalam satu ruang partai. Terhadap situasi ini, memunculkan banyak
pertanyaan. Wajar jika banyak orang mempertanyakan keputusan ini.
Jika dilihat dari rangkaian perjalanan hidup
seorang Budiman di PDIP yang pada belakangan ini dirasa kurang diberi
kesempatan untuk mengurus partai. Budiman memang gagal masuk ke senayan pada
pemilu 2019 dan dengan itu, keterlibatannya di partai berlambang banteng itu
semakin berkurang. Banyak orang berspekulasi bahwa kondisi internal partai yang
kurang memberi ruang pada Budiman, membuatnya untuk mengambil sebuah keputusan
yang radikal, kembali berteman dan bergabung dengan Prabowo yang dulu menjadi
penantangnya.
Melihat skenario untuk menaikkan popularitas,
Prabowo yang saat ini masih berada di lingkaran menteri pada pemerintahan
Jokowi, terlihat begitu dekat dengan presiden dan bahkan keluarga presiden.
Strategi yang dimainkan ini merupakan “show politik” untuk menarik suara pada
pemilu yang akan datang. Karakternya yang garang, kini mulai lembut dan
terkesan sangat terbuka dengan kelompok-kelompok pendukung Joko Widodo.
Beberapa figur yang pada masa Orde Baru dikenal
sebagai musuh Prabowo, kini mulai berada dalam lingkaran Prabowo. Strategi yang
dimainkan ini memperlihatkan bagaimana Prabowo memperlihatkan diri sebagai
orang yang telah mengalami titik balik dan berjuang untuk kepentingan rakyat.
Dalam sebuah wawacara di salah satu stasiun TV swasta, seorang pengamat politik
memberikan komentar tentang bersatunya Budiman dan Prabowo. Menurut pengamat
politik itu bahwa keputusan untuk mendukung Prabowo, di satu sisi memberikan
panggung pada Budiman dan menaikkan pamor pribadi yang selama ini redup namun
di sisi lain, memberikan efek negatif pada Prabowo. Dengan bergabungnya Budiman
bersama Prabowo, publik mulai membongkar kembali apa yang dilakukan oleh
Prabowo semasa pemerintahan Orde Baru. Bergabungnya seorang politisi ke partai
lain yang penuh dengan kontroversi, pada akhirnya membuka rekam jejak digital
yang telah dilakukan. Rekam jejak digital akan berbicara tentang kisah hidup
seseorang. Kisah kesuksesan dan keburukan perilaku seseorang akan terkuak
menuruti waktu. Perhelatan demokrasi lima tahunan ini akan dimulai pada tahun
2024 nanti, namun sudah mulai terasa soal dukung-mendukung dan gesekan
politik.***(Valery Kopong)
0 Komentar