Unordered List

6/recent/ticker-posts

Bukalah Topengmu

 

(Sumber Inspirasi: Lukas 12: 1-7)

 

Seorang pembuat roti, pasti mengenal ragi yang berperan penting dalam proses pembuatan roti.  Penggunaan ragi yang melebur dalam  adonan dapat membuat adonan roti mengembang saat proses pemanggangan. Karbondioksida pada ragi yang tercampur dalam adonan membuat adonan naik sehingga roti berhasil matang sempurna, mengembang dan bentuknya menjadi lebih besar. Kesempurnaan dan kematangan roti sangat ditentukan oleh penggunaan ragi yang bercampur lebur dengan adonan.

          Apa hubungan ragi dengan Injil pada hari ini? Saat mengajar, pertama-tama Yesus mengingatkan para murid untuk tetap waspada pada ragi, yaitu kemunafikan orang farisi. Yesus memberikan “warning” pada para murid untuk tetap mawas diri dan sebisa mungkin tidak terpengaruh dengan perilaku munafik  orang farisi. Keberadaan kaum farisi menjadi menarik perhatian Yesus karena pola perilaku mereka memperlihatkan kemunafikan. Walau demikian, kelompok farisi memiliki peranan penting dan berpengaruh pada masyarakat luas. Kehadiran mereka (farisi) seperti ragi yang melebur dengan adonan (baca: masyarakat) dan hasilnya sebagai orang sombong dan berbusung dada. Seperti roti yang karena ragi yang merasuki adonan akan menghasilkan roti yang tampilannya menarik tetapi pada sisi tertentu ada ruang kosong. Di sini bisa terlihat bahwa ragi telah membentuk kematangan dan membentuk model roti yang menarik, namun di dalamnya ada ruang hampa tak terisi.

          Cara kerja ragi butuh waktu dan proses telaten. Seperti ragi, orang farisi pun memberikan pengaruh negatif pada masyarakat,   yang jika dibiarkan maka akan mempengaruhi kehidupan masyarakat umum dan mereka akan bertindak pura-pura di depan ruang publik. Orang-orang farisi berpura-pura untuk berdoa di tempat-tempat umum sebagai cara untuk memperlihatkan kesalehan sosial tetapi nyatanya penuh dengan kebusukan. Tindakan orang-orang farisi yang memperlihatkan kepura-puraan hidup, semakin menjauh dari Allah. Allah mau agar umat-Nya hidup sesuai kehendak-Nya.

          Hidup dalam keseimbangan menjadi sebuah tuntutan. Apa yang diucapkan harus selaras dengan perbuatannya. Yesus telah menunjukkan kesetiaan Allah dan kecintaan pada manusia dengan taat sampai mati di kayu salib. Apa yang dilakukan oleh Yesus mencerminkan keselarasan antara kata dan perbuatan. Hidup di hadapan Allah harus memperlihatkan diri apa adanya. Allah pasti tahu tentang apa yang tersembunyi dan bahkan hidup berpura-pura pun, Ia pasti tahu.   “Tidak ada sesuatupun yang tertutup yang tidak akan dibuka dan tidak ada sesuatupun yang tersembunyi yang tidak akan diketahui.”

          Tentang kemunafikan ini, penulis teringat akan penggalan lagu Ariel Noah yang berjudul: Topeng. Pada refreinnya, bukalah topengmu, seolah mengajak kita untuk melihat diri dalam kepolosan, tanpa pura-pura.  

Tapi buka dulu topengmu

Buka dulu topengmu

Biar ku lihat warnamu

Kan kulihat warnamu

Oh, buka dulu topengmu

Buka dulu topengmu

Biar ku lihat warnamu

 

Kan kulihat warnamu

 

            Di hadapan Tuhan, kita menjalani kehidupan tanpa ada sekat kepura-puraan. Yesus memberikan awasan pada para murid agar menjauhi ragi kemunafikan orang-orang farisi agar ajaran tentang cinta kasih yang dibawa oleh Yesus secara murni diteruskan oleh para murid-Nya.***(Valery Kopong)


Posting Komentar

0 Komentar