sumber foto: www.kompas.com |
Beberapa
hari belakangan ini, nama Kaesang, putra bungsu Presiden Joko Widodo menjadi buah
bibir di kalangan politisi dan pengamat politik. Kehadirannya di tengah partai
anak muda itu terbilang singkat dan dalam waktu yang singkat pula ia terpilih menempati
kursi sebagai ketua umum PSI. Peristiwa ini menggemparkan jagat politik tanah
air. Banyak pengamat politik tanah air mengatakan bahwa peristiwa ini
mencederai proses demokrasi dan melukai partai politik karena kematangan seorang
politisi ditempah melalui sebuah proses yang panjang.
Apakah
kematangan berpolitik ditentukan oleh lamanya waktu? Pertanyaan ini menggambarkan ruang demokrasi
kita saat ini. Kematangan seorang politisi memang ditempah berdasarkan alur
waktu yang panjang namun proses ini tidak berlaku bagi Partai Solidaritas Indonesia.
Dalam tubuh PSI, demokrasi versi anak muda terlihat di sana. Mereka berdiskusi
santai bahkan terkesan ringan dan penuh canda tawa. Membandingkan Partai Solidaritas
Indonesia dengan partai lain dalam kaitan dengan kaderisasi, rasanya tidak pas
karena partai-partai tua terkesan kaku dan membentengi diri dari orang-orang
luar yang ingin masuk ke dalam partai itu.
Seorang
pengamat politik menilai bahwa kehadiran Kaesang dalam tubuh PSI, mengambil
momentum yang tepat di saat Joko Widodo di ujung kekuasaannya. Ketika PSI berada
di tangan Kaesang, cukup diperhitungkan oleh PDIP dan langkah konkret yang
dilakukan oleh Puan Maharani adalah menemui Kaesang untuk membangun komunikasi
politik yang mengarah koalisi partai. Kehadiran Kaesang bisa menambah energi
baru dalam mendongkrak suara kaum muda untuk memilih PSI. Karena itu arah
dukungan PSI pada salah satu kandidat presiden nanti, suara pemilih pemula dan
terutama kalangan kaum muda diperhitungkan. Kita tunggu gebrakan
Kaesang.***(Valery)
0 Komentar