Francis Fukuyama, seorang ahli ekonomi, berpendapat bahwa modal utama kesuksesan bisnis adalah kepercayaan (trust). Kesuksesan bisnis mutinasional yang bertahan lama salah satunya disebabkan oleh kepercayaan dalam kerja sama dan mendelegasikan tugas. Bacaan Injil pada hari ini menampilkan ide yang kurang lebih mirip. Allah, ibarat seorang tuan yang mempercayakan hartanya kepada para pembantunya, mendelegasikan tugas kepada para pembantunya untuk mengelola sebagian hartanya selama ia pergi. Tentu saja Injil tidak sedang berbicara mengenai uang.
Dalam perspektif iman, kisah itu adalah gambaran kasih Allah. Kasih-Nya percaya dan memberi kepercayaan kepada manusia. Tetapi kepercayaan itu juga diberikan beserta tanggung jawab dari kepercayaan. Namun sebenarnya, tanggung jawab itu buka sebuah tuntutan, melainkan konsekuensi logis dari kepercayan. Logikanya, ketika kasih diberikan dan orang tidak memaknainya sebagai hal yang berharga, kasih akan menjadi barang buangan dan orang tak dapat mengalami relasi yang menyelamatkan dengan Dia yang mengasihi. Tanpa relasi itu, ia menjadi pribadi yang terhempas dalam kegelapan. Ia tidak dihukum, melainkan “terhukum” oleh penolakannya sendiri terhadap kepercayaan yang diberikan oleh Allah.
Kasih Allah percaya dan memberi kepercayaan kepada kita, pribadi-pribadi yang dikasihi-Nya. Kepada kita Ia menyematkan harapan agar kita bekerja sama dengan-Nya untuk membangun relasi kasih yang menghantar kita kepada kebahagiaan bersama-Nya.
Ya Allah, ajarilah aku menghormati kasih dan kepercayaan yang Engkau berikan supaya kasih itu berbuah limpah bagi diriku dan sesama. Amin. (***)
0 Komentar