Tangerang, Gagas Indonesia Satu,com
PENELITI Forum Masyarakat Peduli Parlemen Indonesia (Formappi), Lucius Karus mengatakan para calon legislatif harus tunjukkan kualitas diri dalam Pemilu 2024. Ia menyebut contoh adanya gagasan baru untuk mengusulkan undang-undang baru seperti UU Desa yang berasal dari aspirasi masyarakat bawah kemudian dibuat menjadi undang-undang. ‘’Maka untuk menguji kualitas seorang caleg maka kita perlu tahu apayang dilakukan sebelum kita memilihnya menjadi wakil rakyat,’’ katanya.
‘’Anggota DPR dalam posisinya sebagai wakil rakyat harus mampu mencegah kesewenang-wenangan pemerintah dalam hal apa pun. Saya melihat ada banyak hal yang perlu dilihat oleh calon legislatif dalam melihat tata kelola pemerintahan berjalan lebih baik,’’demikian dikatakan Lucius Karus dalam Seminar Sosialisasi Pemilu 2024 di aula St. Maria, Paroki Tangerang, Gereja Hati St.Perawan Maria Tak Bernoda (HSPMTB), Jl.Daan Mogot, Tangerang, Minggu (29 Oktober 2023).
Selain Lucius Karus yang menjadi nara sumber Ahmad Syailendra (Ketua KPU Kota Tangerang), Rm. Yosep Adi Purwono SJ, (moderator HAAK HSPMTB) dikuti 60-an peserta yang merupakan perwakilan lingkungan wilayah dari paroki setempat.
Untuk memastikan Pemilu berlangsung jujur, adil dan berkualitas membutuhkan ketelibatan semua pihak. Ia juga merasa prihatin dengan lembaga yang dibentuk pemerintah seperti Bawaslu tapi faktanya lembaga ini tidak bekerja optimal. “Di negara ini banyak lembaga yang dibentuk pemerintah tapi kemudian lembaga itu tidak bekerja seperti yang diharapkan kemudian ada kesan hanya menghambur-hamburkan uang negara kalau Bawaslu tidak berfungsi bubarkan saja,’’ kata L.Karus di hadapan seluruh peserta.
Lucius Karus menjelaskan sejumlah tantangan dihadapi Pemilu 2024 yakni penggalangan ASN yang diduga akan mendukung calon tertentu sehingga posisinya tidak netral kepada calon Presiden dan Wakil Presiden juga anggota legislatif semua partai politik.Ia mencermati jika pemerintah tidak tegas maka ada kecenderungan ketidaknetralan ASN dalam pemilu ini.
‘’Ada begitu banyak ASN yang ditunjuk Menteri Dalam Negeri dengan persetujuan Presiden Joko Widodo sehingga banyak pihak yang menduga pasti ada ketidaknetralan ASN,’’katanya.
Tantangan lain, lanjut Karus fenomena Presiden dan Wakil Presiden lebih populer dari pada calon legislatif untuk semua partai peserta pemilu sehingga masyarakat lebih populer mendengar capres dan wapres pada hal Pemilu 2024 masyarakat wajib memilih 5 pilihan yakni anggota DPR RI, DPR Provinsi, Kota/Kabupaten , DPD dan Presiden -Wakil Presiden.
Pesaingan kuat antar calon presiden dan wakil presiden membutuhkan keterlibatan nyata orang muda Katolik terlibat misalnya menjadi anggota KPPS. “Dengan ikut terlibat dalam proses menjadi KPPS berarti ikut mengawal proses pemilu yang jujur adil dan berkualitas.
Guna mengatasi tantangan Pemilu 2024, orang muda Katolik mengantisipasi dan siap melawan hoaks atau berita yang tidak benar karena fenomena ini selalu muncul agenda lima tahunan juga pemilihan gubernur,walikota dan bupati di seluruh Indonesia.
Politik identitas, kata Karus menjadi perhatian bersama dan lagi-lagi butuh keterlibatan orangmuda Katoliksehingga bisa menekan politik kebencian itu.
Ahmad Syailendra, Ketua KPU Kota Tangerang Pemilu 2024 bukan milik sekelompok orang tapi merupakan milik seluruh masyarakat yang memiliki hak pilih maka iamengharapkan tidakada polarisasi kelompok masyarakat seperti Pemilu 2019.
Fenomena yang muncul di tengah Pemilu seperti fanatisme agama berlebihan selalu menimbulkan rusaknya nalar. “Maka tampilnya tokoh agama hendaknya menciptakan persatuan dan kesatuan umat.Tokoh agama menjadi sarana pembawa pesan kedamaian,’’ katanya.
Rm Yosep Andi Purwono SJ mengatakan politik itu hakikatnya menghadirkan kebaikan bersama,bahkan dalam Gaudium Et Spes menyebutkan bahwa semua anggota gereja terlibat dalam masyarakat . “Maka jika ada kaum awam yang terlibat dalam politik maka itu adalah haknya dan diharapkan politik yang cinta damai,berpihak pada masyarakat umum,’’kata Rm.Andi.
Seminar diisi dengan tanya jawab. Satu hal yang muncul diforum itu adalah minimnya keterlibatan orang muda dalam politik. Mell Goa, seorang peserta dengan lantang bicara tentang minimnya antusias dalam berpolitik,bahkan dalam forum terungkap seorang kader Katolik yang ingin bicara tentang politik umat masih apatis dengan politik. Maka untuk memberikan pendidikan politik bagi umat memerlukan pendekatan yang pas. Keprihatinan lain, sangat minim kaum muda mengikuti seminar Pemilu 2024,pada hal kesempatan ini untuk menentukan pilihan untuk nasib bangsa ini selanjutnya.***Konrad Mangu
Keterangan : foto nara sumber sedang tampil membawakan materinya dan foto lainnya peserta.
Lucius Karus (paling)kiri, Ahmad Syalendra dan Pastr Yosep Andi Purwono SJ dan moderator
0 Komentar