Unordered List

6/recent/ticker-posts

Membuka Diri

 


Beberapa waktu lalu ketika memandu pertemuan Adven ketiga di lingkungan Santa Maria – Balaraja, ada hal menarik dan suasana yang berbeda. Para pemandu Adven dari teman-teman Penyuluh Agama Katolik, baik honorer, PNS maupun PPPK di lingkungan Kementerian Agama Kabupaten Tangerang.  Para peserta dan pemandu pertemuan, terlibat aktif pada proses pertemuan keluarga dengan sub tema, “Bentuk Cinta Keluarga.” Memang bicara tentang cinta berarti berbicara tentang pengorbanan. Karena cinta itu bisa terwujud dengan baik apabila ada pengorbanan yang harus diperlihatkan. Menyatakan cinta berarti menyatakan diri yang terluka di balik pengorbanan itu.

Allah telah menyatakan cinta yang tulus pada manusia dengan mengutus Putera-Nya ke dunia. Melalui peristiwa inkarnasi, Allah menjelma menjadi manusia, suatu bentuk solidaritas Allah pada manusia. Allah yang selama ini dikenal sebagai Allah yang transenden, jauh dari manusia, kini hadir dan kita kenal sebagai Allah yang imanen. Begitu besar kasih Allah kepada manusia. Kasih itu ditunjukkan oleh Yesus melalui cara hidup dan pengorbanan-Nya di atas kayu salib. Dalam Injil Yohanes  yang mengisahkan kasih terbesar dari Allah, memberikan pesan pengorbanan yang utuh tanpa pamrih.

Pada pertemuan itu, Bapak Urbanus sebelum memberikan pendalaman singkat, ia memperlihatkan permainan sederhana namun mengesankan. Disediakan sebuah gelas kosong dan kemudian diisi dengan kopi bubuk. Kopi yang sudah diaduk dengan air itu tetap memperlihatkan warna hitam, menurut Bapak Urbanus memperlihatkan dosa kekelaman yang dibuat oleh manusia. Namun dosa hitam itu bisa beranjak menjadi putih jika setiap manusia itu membuka diri terhadap rahmat pengampunan dari Allah. Gelas berisi kopi hitama yang menjadi simbol dosa manusia, dibiarkan untuk menerima air putih. Dalam jangka waktu yang lama, air putih itu terus masuk ke dalam gelas dan pada akhirnya mengalahkan air bercampur kopi hitam itu.

Setiap orang berharhak menerima rahmat dari Allah. Rahmat Allah itu bisa masuk ke dalam diri, mengandaikan bahwa hati manusia terbuka pada Allah. Pada moment Adven, kita menyiapkan diri bagi kehadiran Sang Putera. Supaya layak menerima kehadiran-Nya, setiap kita tetap membuka diri pada rahmat Ilahi. Hanya dengan rahmat pengampunan dari Allah, setiap orang yang terbuka hatinya menerima kehadiran Sang Mesias.***(Valery Kopong)

Posting Komentar

0 Komentar