Beberapa waktu lalu ketika memandu pertemuan
Adven ketiga di lingkungan Santa Maria – Balaraja, ada hal menarik dan suasana yang
berbeda. Para pemandu Adven dari teman-teman Penyuluh Agama Katolik, baik honorer,
PNS maupun PPPK di lingkungan Kementerian Agama Kabupaten Tangerang. Para peserta dan pemandu pertemuan, terlibat
aktif pada proses pertemuan keluarga dengan sub tema, “Bentuk Cinta Keluarga.” Memang
bicara tentang cinta berarti berbicara tentang pengorbanan. Karena cinta itu
bisa terwujud dengan baik apabila ada pengorbanan yang harus diperlihatkan. Menyatakan
cinta berarti menyatakan diri yang terluka di balik pengorbanan itu.
Allah telah menyatakan cinta yang tulus pada
manusia dengan mengutus Putera-Nya ke dunia. Melalui peristiwa inkarnasi, Allah
menjelma menjadi manusia, suatu bentuk solidaritas Allah pada manusia. Allah
yang selama ini dikenal sebagai Allah yang transenden, jauh dari manusia, kini
hadir dan kita kenal sebagai Allah yang imanen. Begitu besar kasih Allah kepada
manusia. Kasih itu ditunjukkan oleh Yesus melalui cara hidup dan
pengorbanan-Nya di atas kayu salib. Dalam Injil Yohanes yang mengisahkan kasih terbesar dari Allah,
memberikan pesan pengorbanan yang utuh tanpa pamrih.
Pada pertemuan itu, Bapak Urbanus sebelum
memberikan pendalaman singkat, ia memperlihatkan permainan sederhana namun
mengesankan. Disediakan sebuah gelas kosong dan kemudian diisi dengan kopi
bubuk. Kopi yang sudah diaduk dengan air itu tetap memperlihatkan warna hitam,
menurut Bapak Urbanus memperlihatkan dosa kekelaman yang dibuat oleh manusia. Namun
dosa hitam itu bisa beranjak menjadi putih jika setiap manusia itu membuka diri
terhadap rahmat pengampunan dari Allah. Gelas berisi kopi hitama yang menjadi
simbol dosa manusia, dibiarkan untuk menerima air putih. Dalam jangka waktu
yang lama, air putih itu terus masuk ke dalam gelas dan pada akhirnya
mengalahkan air bercampur kopi hitam itu.
Setiap orang berharhak menerima rahmat dari
Allah. Rahmat Allah itu bisa masuk ke dalam diri, mengandaikan bahwa hati
manusia terbuka pada Allah. Pada moment Adven, kita menyiapkan diri bagi
kehadiran Sang Putera. Supaya layak menerima kehadiran-Nya, setiap kita tetap
membuka diri pada rahmat Ilahi. Hanya dengan rahmat pengampunan dari Allah,
setiap orang yang terbuka hatinya menerima kehadiran Sang Mesias.***(Valery
Kopong)
0 Komentar