(Sumber Inspirasi: Matius 11:16-19)
Menunggu kedatangan seorang Mesias harusnya dipersiapkan dengan hati yang
lapang dan penuh kegembiraan. Janji akan datangnya penyelamat, tidak ditanggapi
secara positif oleh orang-orang Yahudi tetapi ditanggapi dengan sikap apatis. Gambaran
akan sikap batin yang tertutup ini mengundang reaksi Yesus. “Dengan apakah
akan Kuumpamakan angkatan ini?” Pertanyaan ini merujuk pada situasi yang
terkesan menolak kehadiran-Nya. Angkatan yang kehilangan rasa dan menolak
kepenuhan janji Allah pada mereka. Kepekaan batin belum menyentuh kepenuhan
ramalan datangnya seorang Mesias. Sikap tak terpuji ini memberikan gambaran
sederhana tentang orang-orang di mana
janji penyelamatan itu tertuju dan mereka tidak butuh seorang penyelamat.
Bagaimana bisa merasakan kehadiran Sang Mesias?
Pertanyaan sederhana ini menggugah kesadaran kita untuk melihat sejauh mana
tanda kehadiran Mesias itu nampak dalam lingkup masyarakat Yahudi waktu itu.
Memang, apa yang dilakukan Yesus merupakan sesuatu yang mungkin dianggap
sederhana sehingga sulit untuk menarik pikiran mereka memahami kehadiran Sang Putera. Ataukah keberadaan
Mesias begitu dekat sehingga sulit mereka melihat-Nya? Seperti posisi telinga
yang begitu melekat dengan tubuh kita maka sulit bagi kita untuk melihatnya
secara langsung? Demikian juga mata, tidak sanggup untuk melihat mata sendiri.
“Kami meniup seruling bagimu, tetapi kamu tidak
menari, kami menyanyikan kidung duka, tetapi kamu tidak berkabung.” Penggalan
Sabda ini menggambarkan situasi kesendirian yang dialami oleh Yesus dan tidak
mendapat tanggap balik dari orang-orang Yahudi. Bunyi seruling yang merdu,
tidak memberikan peluang bagi mereka untuk menari. Mereka barangkali telah
kehilangan rasa seni akan tari-tarian yang menggambarkan kegembiraan karena
kehadiran Sang Penyelamat.
Bahasa simbolik
di atas juga menggambarkkan situasi paradoks yang dialami oleh Yesus ketika
berada di tengah-tengah milik kepunyaan-Nya. Yesus menghendaki agar mereka bisa
peka melihat tanda kehadiran Kerajaan Allah dengan tindakan-tindakan yang
menyelamatkan. Yesus yang merupakan kepenuhan janji penyelamatan Allah terhadap
manusia, menginginkan relasi harmonis antara Allah dan manusia dalam
penyelamatan dunia. Keselamatan itu terjadi bila manusia membuka diri terhadap
karya Allah. Tanpa membuka diri pada rahmat Allah maka keselamatan itu tak akan
masuk ke dalam relung hati manusia.
Masihkah manusia mengharapkan keselamatan dan merindukan suka cita sejati di dalam Tuhan? Allah berbesar hati untuk mengutus Sang Putera untuk menebus dosa manusia dan menyelamatkan dunia. Inisiatif Allah harus ditanggapi secara produktif dengan membuka diri dan menerima kehadiran Putera-Nya. Hanya dengan membuka diri dan menerima-Nya maka Mesias mendapat tempat di hati manusia. Keberadaan Mesias, sudah dipersiapkan begitu lama oleh Allah. Ia hadir tidak sekedar memenuhi janji Allah namun kehadiran-Nya mengubah dunia. Kita yang sedang menanti dan
akan menerima kelahiran-Nya, turut dilahirkan secara baru.***(Valery Kopong)
0 Komentar