Pada masa Adventus, bacaan dari Perjanjian Lama
terutama Kitab Yesaya mendapat perhatian. Kehadiran nabi Yeremia membawa kabar
terutama tentang ramalan akan datangnya Mesias. Ramalan ini memberikan suatu
harapan bagi bangsa Israel agar mereka bisa diselamatkan dari genggaman bangsa
penjajah. Dalam kondisi dijajah, bangsa Israel tentu mengharapkan seorang
pembebas yang tampil secara ksatria untuk menghancurkan musuh-musuh. Inilah pandangan
masyarakat Israel waktu itu tentang konsep Mesias. Namun Yesus datang sebagai
bayi yang lemah, dilahirkan di kandang hewan. Peristiwa ini sepertinya membuyarkan
harapan mereka akan Mesias.
Yesaya tetap menggaungkan harapan akan
datangnya Mesias. "Sesungguhnya,
inilah Allah kita, yang kita nanti-nantikan, supaya kita diselamatkan. Inilah
TUHAN yang kita nanti-nantikan; marilah kita bersorak-sorak dan bersukacita
oleh karena keselamatan yang diadakan-Nya!" Seruan nabi Yesaya seakan
kurang mendapat tanggapan dari orang-orang pilihan Allah. Yesaya memberikan
gambaran akan keberpihakan Allah pada mereka dengan mengutus Sang Putera. Kehadiran
Mesias merupakan bentuk solidaritas Allah terhadap manusia.
Dalam bacaan Injil hari ini Yesus mengadakan
mukjizat, memberi makan pada lima ribu orang dengan hanya mengandalkan 5 potong
roti dan 2 ekor ikan. Kehadiran Yesus membawa perubahan dan memberi dampak
kegembiraan pada mereka yang sebelumnya lapar dan haus. Sebelum Yesus
mengadakan mukjizat itu, Ia menantang murid-murid-Nya agar mereka memberi makan
pada orang banyak itu. Murid-murid menyatakan diri tidak sanggup dan bahkan
segera menyuruh orang banyak itu pulang agar bisa membeli makanan sendiri. Gagasan
murid-murid Yesus ini merupakan tindakan yang mau melepas tanggung jawab. Ketidaksanggupan
mereka ini pada akhirnya mendapat respon balik dari Yesus.
Andreas, salah seorang murid Yesus memberikan
informasi penting, yakni ada lima potong roti dan dua ekor ikan. Yesus menengadah
ke langit dan berdoa, seketika itu juga lima roti dan dua ikan dimakan sampai
puas. Memang, mukjizat yang dilakukan oleh Yesus itu sulit dicerna dengan rasio
manusia. Dalam konteks penggandaan lima potong roti dan dua ekor ikan,
memberikan pembelajaran iman pada kita yang percaya pada-Nya untuk tetap berharap
pada kemurahan-Nya. Di saat-saat ketika kita mengalami kekurangan, Yesus
menjadi andalan utama dalam hidup. Ia selalu hadir untuk mengubah situasi yang
terpuruk menjadi suka cita. Hanya Yesus menjadi andalan hidup kita.***(Valery
Kopong)
0 Komentar