(Sumber Inspirasi: Lukas 10:
1-9)
Tiga tahun lamanya Yesus mewartakan kabar baik
kepada semua orang. Yesus tahu bahwa pewartaan-Nya tidak bisa dilaksanakan
sendiri, karena itu Ia memilih murid-murid untuk belajar pada-Nya, setelah itu
membantu dalam karya pewartaan. Yesus memilih kedua belas murid dengan
mempertimbangkan keberlanjutan pewartaan kabar baik itu. Rancangan pewartaan
yang dilakukan oleh Yesus itu bukan hanya berlangsung sesaat tetapi berlangsung
untuk selamanya. Dengan memikirkan keberlanjutan pewartaan inilah maka Yesus memilih
dan mengutus orang-orang dipilih-Nya untuk menjadi pewarta kabar suka cita.
Seluruh karya pewartaan Yesus dilanjutkan oleh
Gereja. Setiap tahun, banyak tahbisan imam baru dan diutus ke tanah misi.
Dengan mengutus para imam, biarawan / biarawati, Gereja sedang melanggengkan
pewartaan Yesus ke seluruh dunia agar nilai-nilai Injili bisa membumi pada
kehidupan manusia. Perutusan para misionaris ke tanah-tanah misi ini
mengingatkan kita juga akan perutusan para murid Yesus. “Pergilah, sesungguhnya
Aku mengutus kamu seperti anak domba ke tengah-tengah serigala.” Perutusan para
murid ini mengandung konsekuensi. Diutus bukan berarti bergerak ke tempat misi
saja tetapi menyiapkan sikap dan mental
ketika terjadi penolakan dari tempat
yang dimasuki oleh para murid. Penolakan inilah yang memperlihatkan ketegangan
dalam pewartaan dan bahkan menggambarkan bahwa mewartakan Kristus dan
ajaran-Nya itu tidak mudah. Ada banyak rintangan yang menghalangi para murid
untuk mewartakan kabar baik, bahkan nyawa menjadi taruhan.
Para murid
memperkenalkan Kristus dan ajaran-Nya, dan siap sedia untuk menerima
tantangan. Yesus sudah memberikan “warning” bahwa ada banyak tantangan, yang
digambarkan seperti masuk ke dalam kandang serigala. Para murid yang diutus
digambarkan seperti domba yang tulus menyampaikan kabar gembira dan berada di
tengah-tengah mereka yang belum percaya pada-Nya. Domba dan serigala memberikan
gambaran yang bertolak belakang tentang pewartaan itu. Domba merupakan
representasi para pewarta yang tulus dan tidak memberikan perlawanan saat
mendapatkan tekanan. Sementara itu serigala, memperlihatkan sikap antipati bagi
mereka yang tidak suka dengan ajaran Yesus.
Apakah ketika menghadapi pelbagai tantangan
dalam mewartakan kabar baik, dapat mematikan gerak langkah para murid untuk
berhenti dan tidak melanjutkan misi pewartaan? Dalam sejarah kekristenan, bisa
dicatat bahwa banyak murid menjadi korban kebengisan dari orang-orang yang
tidak menginginkan kehadiran kelompok-kelompok yang menamakan diri sebagai
pengikut Yesus. Saulus misalnya, sebelum mengalami pertobatannya, ia sangat
benci dengan ajaran Kristus dan berusaha melenyapkan orang-orang yang menamakan
diri sebagai pengikut Yesus. Setiap hari ia merancang strategi untuk bagaimana
menghabiskan nyawa para pengikut Yesus. Namun upah besar yang dialami oleh
Saulus setelah memberi restu atas penganiayaan dan kematian Stefanus, ia
mengalami sebuah pertobatan. Paulus yang sudah mengalami pertobatan, menjadi
pewarta terbesar dan rasul bagi orang-orang kafir.
Pengalaman hidup para pewarta berakhir secara
tragis. Namun dari sisi iman, kita yakin dan percaya bahwa di balik peristiwa
itu ada pertumbuhan iman yang pesat. Darah para martir adalah benih bagi
orang-orang Kristen. “Sanguis Martyrum Semen Christianorum”. *** (Valery
Kopong)
0 Komentar