Unordered List

6/recent/ticker-posts

# Catatan Demokrasi (1)

 


Pemilu telah berlalu dan kini masyarakat menunggu hasil real count. Memang opini masyarakat sudah tergiring oleh hitungan quick count yang memenangkan Prabowo-Gibran. Kemenangan ini masih menjadi pertanyaan publik terkait data-data yang masuk dan ada indikasi penggelembungan suara pada paslon tertentu. Cara-cara kotor pada pesta demokrasi ini, sebenarnya mencederai nurani anak bangsa yang telah mengorbankan suara-suara mereka untuk kepentingan elit.  

Menyaksikan kecurangan yang masif ini mengingatkan saya akan film “Dirty Vote.” Film ini yang walaupun kehadirannya di masa tenang menjelang Pilpres, mengundang reaksi banyak pihak, namun kehadirannya memberikan informasi penting tentang cara-cara curang yang sudah dilakukan oleh penguasa dan elit politik. Kecurangan yang dilakukan secara nyata dimulai dari Mahkamah Konstitusi yang merupakan benteng pertahanan hukum. Apa yang bisa dilakukan oleh para elite politik bukan rancangan sesaat. Rancangan ini tentu dilakukan dengan satu target, yakni bisa mencapai kursi kekuasaan.

Apa yang dilakukan oleh MK, yakni mengubah pasal yang memungkinkan seseorang menjadi capres – cawapres tidak harus berusia 40 tahun. Dengan mengubah aturan ini, memberikan karpet merah bagi Gibran, putera sulung Jokowi untuk melenggang ke perhelatan demokrasi lima tahunan ini. Apakah dengan pencalonan Gibran ini dianggap layak oleh publik? Masyarakat memandangnya secara berbeda. Sebagian melihatnya sebagai cara kotor dan melampaui proses. Kematangan politik itu tidak dibangun dalam sehari. Artinya tahapan-tahapan untuk mengemban kepemimpinan pada basis paling bawah menuju jenjang yang lebih tinggi, memberikan sebuah suguhan demokrasi yang matang.

Sementara itu, di sini lain, sebagian besar masyarakat menilai dari sisi etika yang dilanggar demi sebuah kekuasaan. Gibran dari kaum muda, namun banyak kaum muda juga tidak setuju dengan pencalonannya karena kematangan diri dan kemampuan masih diragukan oleh publik. Namun di tengah terpaan cara pandang yang miring ini, Gibran tetap jalan dan didukung penuh sang ayah, yang adalah seorang presiden.***(Valery Kopong)

 

Bersambung.............

 

Posting Komentar

0 Komentar