Unordered List

6/recent/ticker-posts

Pergi Dalam Damai

 


(Sumber Inspirasi: Lukas 2:22-32)

Setiap kita pasti menyadari setiap tindakan penyelamatan Allah yang dirasakan dalam pengalaman hidup sehari-hari. Sekecil apa pun peristiwa, jika dilihat dalam terang iman, ada penyertaan Allah dalam setiap langkah hidup manusia. Namun hanya sedikit orang yang bisa mengalami kehadiran Allah. Orang yang mengalami kehadiran Allah adalah mereka yang membuka diri dan peka terhadap karya penyelamatan Allah itu. Allah sudah dan sedang hadir di dunia ini, namun hanya seorang Simeon yang memberikan kesaksian tentang siapa sebenarnya Yesus itu. Sudah lama Simeon merindukan kehadiran Allah itu. Ia diberi kesempatan hidup dalam waktu yang lama dan ini merupakan cara Allah menuntunnya untuk mengenal Mesias yang datang sebagai penyelamat.

          Kehidupan Simeon sangat taat pada kehendak Allah. Ia dipersiapkan Allah untuk memberikan kesaksian akan bayi yang dipersembahkan di Bait Allah itu. Yesus dipersembahkan di Bait Allah, mengikuti tradisi Yahudi dan Bait Allah itu menjadi titik jumpa antara Simeon dan bayi Yesus. Perjumpaan ini memberikan sebuah informasi penting tentang siapa sesungguhnya bayi Yesus yang dibawa oleh Maria dan Yosef ke Bait Allah. Simeon memastikan bahwa bayi yang dipersembahkan itu adalah Yesus yang menjadi Mesias dan sudah dinantikan bertahun-tahun.

          Simeon tampil untuk memberikan kesaksian dan penegasan tentang bayi Yesus itu. Simeon tidak tampil secara mendadak di hadapan publik, namun melalui proses panjang. Kesetiaan dan kesalehan hidupnya di hadapan Allah, menjadi jalan terbuka baginya untuk mengalami kehadiran Sang Juru Selamat. Allah menggunakan Simeon sebagai “juru bicara” yang mewartakan kehadiran Yesus. Pengalaman perjumpaan dengan bayi Yesus membawa kedamaian dan suka cita. Dengan hati yang berkobar-kobar Simeon mengatakan bahwa  “mataku telah melihat keselamatan yang datang dari Allah.” Mata batin Simeon bergetar menyaksikan seorang bayi dipersembahkan di Bait Allah. Yesus dipersembahkan di Bait Allah menurut tradisi Yahudi, karena itu Maria dan Yosef pun, selain membawa bayi Yesus, juga mempersembahkan sepasang  burung tekukur dan dua ekor merpati sebagai persembahan orang-orang miskin. 

          Pengalaman Simeon bisa dimaknai secara baru dalam kehidupan kita sebagai orang Katolik. Untuk bisa melihat tindakan Allah yang menyelamatkan dalam kehidupan sehari-hari, perlu ada daya hening yang dibangun melalui doa dan refleksi. Cara sederhana ini dilakukan sebagai upaya untuk menyadari kehadiran Yesus yang diutus Allah menjadi penyelamat manusia. Dengan menyadari kehadiran Allah melalui orang-orang sekitar, pada akhirnya kita mengalami kegembiraan batin seperti Simeon. Simeon mengalami kebahagiaan yang luar biasa. Ia memuji Allah, katanya, “Sekarang Tuhan, biarkanlah hamba-Mu ini pergi dalam damai sejahtera sesuai dengan firman-Mu, sebab mataku telah melihat keselamatan yang daripadamu, yang telah Engkau sediakan di hadapan segala bangsa, yaitu terang yang menjadi pernyataan bagi bangsa-bangsa lain dan menjadi kemuliaan bagi umat-Mu Israel” (Luk. 2: 29-32). Bersama Simeon, kita pun terus memuji Allah sepanjang sejarah hidup manusia.*** (Valery Kopong)

 

Posting Komentar

0 Komentar