Unordered List

6/recent/ticker-posts

Santapan Rohani Yang Mempersatukan

 


Tema renungan kita pada hari ialah: Santapan Rohani Yang Mempersatukan. Persekutuan di dalam satu keluarga tampak amat jelas ketika semua anggota keluarga kompak menghadiri Misa Kudus, lalu melanjutkannya dengan makan siang bersama. Ini adalah sebuah kegiatan rutin. Persekutuan seperti ini sangat bertentangan dengan nasib umat Allah di bawah raja-raja setelah matinya Salomo. Yang paling tragis ialah raja Yerobeam memperbesar dosanya dengan melawan Roh Allah karena ia percaya kepada dewa-dewa.

 Santapan rohani yang tersedia bagi orang-orang beriman, pengikut Kristus, ialah persembahan diri Yesus sebagai bagian utama pekerjaan-Nya menjalani kehendak Bapa. Dalam seluruh karya pelayanan, Ia menampakkan tindakan pemberian diri-Nya dengan disaksikan oleh para rasul dan banyak orang di sekeliling-Nya. Mereka semua dibuat kagum, bangga, senang dan percaya akan tindakan-tindakan itu. Tetapi di atas semua itu ialah tindakan puncak, yaitu mati untuk menebus dosa dunia dan semua umat manusia.

 Ia tandai peristiwa puncak ini dengan tindakan kenangan di dalam Gereja untuk mengalami langsung kehadiran diri-Nya yang menjadi santapan bagi seluruh umat-Nya, demi memperkuat dan memelihara persekutuan yang sudah Ia bangun. Kita mengenalnya sampai detik ini dengan nama ekaristi. Yesus pertama kali membawa para pengikut-Nya dan semua orang yang mendengar-Nya, dengan penuh iman ke sebuah pengalaman menyantap diri-Nya sendiri, ialah pada waktu ia memperbanyak roti bagi ribuan orang yang lapar dan haus di padang gurun.  

 Pemberian makan kepada ribuan orang ini kemudian dipertegas lagi maknanya pada saat menjelang wafat-Nya, ketika Ia makan perjamuan malam bersama para rasul, dan di sana Ia membagi-bagikan roti dan anggur. Sabda-Nya ialah supaya mereka terus melanjutkan peristiwa merayakan santapan rohani ini sebagai kenangan akan Dia, sekaligus menjadi penguatan rohani bagi semua yang mengambil bagian di dalamnya. Di dalam perjamuan makan itu, satu tindakan Yesus dengan pemecahan dirinya dan dibagi-bagikan menandakan sakramen ekaristi dan imamat.

 Jadi persekutuan yang kita perkuat terus-menerus baik melalui doa dan tindakan nyata bergantung sekali pada dua unsur dasar ini: ekaristi dan imamat. Sakramen ekaristi sebagai santapan rohani, sedangkan imamat sebagai hak istimewa untuk menjalankan dan memimpin peristiwa kenangan itu supaya memiliki legitimasinya dari Tuhan.   (Pastor Peter Tukan SDB)

 

Posting Komentar

0 Komentar