Unordered List

6/recent/ticker-posts

Teladan Hidup

 


(Sumber Inspirasi: Matius 5:20-26)

Hukum Taurat menjadi sumber inspirasi bagi orang-orang Yahudi untuk berperilaku dalam seluruh kehidupan mereka. Hukum Taurat tidak hanya berpengaruh pada kehidupan keagamaan saja, melainkan juga kehidupan sosial. Pengaruh yang sangat kuat ini memberikan gambaran akan kehidupan orang Yahudi secara umum. Apakah hukum Taurat sudah dijalankan secara baik dan benar oleh orang-orang Yahudi? Ataukah aturan yang termuat dalam hukum Taurat hanya memberikan beban bagi masyakarat kecil?

Peranan para ahli Taurat dan orang-orang farisi sangat sentral dalam upaya “membumikan” hukum Taurat dalam kehidupan sehari-hari. Mereka tidak hanya berhenti mengajarkan tentang hukum Taurat saja tetapi juga berperan sebagai wasit yang terus mengawasi perilaku masyarakat, apakah sudah sesuai atau tidak. Bila perilaku orang-orang kecil dalam masyarakat Yahudi, yang melanggar aturan maka ada tindakan keras yang harus dialami oleh seorang pelanggar.  

Dalam Injil hari ini, Yesus mengingatkan soal cara hidup yang benar. Cara hidup yang benar ini merupakan pintu utama untuk meraih Kerajaan Allah. “Maka Aku berkata kepadamu: Jika hidup keagamaanmu tidak lebih benar dari pada hidup keagamaan ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, sesungguhnya kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga.” Apa yang dikatakan oleh Yesus ini, menyindir kehidupan para ahli Taurat dan orang-orang farisi, yang terkesan memahami hukum Taurat namun tidak sanggup menerjemahkan dan menjalankan hukum itu dalam keseharian hidup. Ahli-ahli Taurat bukan contoh yang baik dalam upaya “membumikan” nilai-nilai dalam hukum Taurat.

Keteladanan hidup menjadi penting dalam upaya membangun sebuah peradaban yang bersumber pada kitab Taurat Musa. Dalam bacaan-bacaan Injil, terkesan bahwa Yesus selalu berseberangan pandangan dengan orang-orang farisi dan ahli Taurat. Kritik konstruktif yang dilancarkan oleh Yesus terhadap orang-orang farisi dan ahli Taurat menjadi pembelajaran terbuka bagi masyarakat Yahudi. Kritik yang dilontarkan oleh Yesus, tidak berarti menjadikan dia sebagai tokoh oposisi yang berusaha meruntuhkan hukum Taurat itu. Namun seruan kritis yang datang dari Yesus memberikan arah pemahaman baru tentang Taurat dan penerapannya.  

Hukum Taurat memberikan sanksi berat pada mereka yang melakukan tindakan pelenyapan nyawa orang. Pembunuhan di mata Yesus tidak hanya dilakukan dengan pedang tetapi juga kata-kata kasar yang dilontarkan pada orang lain, juga merupakan bentuk pembunuhan. Kata-kata kasar yang terlontar dari kebusukan hati, tentu membawa dampak bagi mereka yang menjadi sasaran kemarahan itu. Cara sederhana untuk membangun relasi harmonis adalah membangun ruang terbuka dalam perjumpaan dengan orang lain dengan cinta kasih sebagai jembatan utama. Yesus yang membawa cinta kasih, sumber inspirasi kita dalam membangun keharmonisan hidup.***(Valery Kopong)

Posting Komentar

0 Komentar