Unordered List

6/recent/ticker-posts

Kematian Rasa

 

(Sumber Inspirasi: Matius 21:33-46)


 

Perumpamaan yang dikemukakan hari ini membuka mata hati setiap orang untuk mengenal karakter licik dari para pemimpin agama dan orang-orang farisi. Tindakan mereka dalam mengelola kebun anggur, tidak memperlihatkan keberpihakkan pada nilai-nilai kebaikan namun justeru mempertontonkan kerakusan duniawi. Kebun anggur disewakan kepada orang lain dan penggarap kebun anggur dibunuh. Mengapa tindakan destruktif ini justeru dirancang oleh mereka yang menjadi pemimpin agama?

Yesus secara terbuka melancarkan kritik pada mereka yang memegang otoritas religius. Kaum agamawan hanya memberi beban pada orang-orang kecil, namun mereka sendiri membebaskan diri dari tekanan hukum yang berat itu.   "Belum pernahkah kamu baca dalam Kitab Suci: Batu yang dibuang oleh tukang-tukang bangunan telah menjadi batu penjuru: hal itu terjadi dari pihak Tuhan, suatu perbuatan ajaib di mata kita.” Tindakan penyingkiran Yesus dari panggung dunia kian terbuka karena eksistensi Yesus membawa perubahan dan mengubah cara pandang yang selama ini diterapkan secara keliru. Konsekuensi yang diterima Yesus karena menyoroti tata kelola kehidupan orang Yahudi yang jauh dari sentuhan cinta kasih, Ia harus dibuang.  Di mata kaum agamawan, Yesus dipandang sebagai  “batu tak bermakna” namun Allah menjadikan-Nya sebagai batu berharga yang menjadi fondasi iman kita.

Kaum agamawan dan orang-orang farisi merancang sebuah kejahatan, dengan menolak bahkan membunuh orang-orang yang menjadi utusan Allah. Tidak hanya para nabi yang menjadi korban kekerasan mereka, tetapi juga, Dia yang datang sebagai Mesias juga harus mengakhiri hidup secara tragis di tangan bangsa pilihan-Nya sendiri. Tindakan mereka yang diliputi kebencian ini hendak mengatakan bahwa mereka menolak kehendak Allah. Mereka tidak mau diatur oleh otoritas Allah. Mereka ingin hidup dalam kebebasan dan menentukan sikap sendiri tanpa intervensi Allah.

Ketika berada jauh dari intervensi Allah maka tindakan mereka memperlihatkan “kematian rasa.” Orang-orang yang menjadi utusan Allah untuk terus menyerukan seruan profetis,  dipandang sebelah mata bahkan dihancurkan agar ia tak lagi menyoroti kehidupan mereka yang jauh dari kehendak Allah. Penolakan yang dilakukan oleh bangsa pilihan-Nya ini, membuka mata Allah untuk memperluas radius keselamatan kepada segala bangsa. Bangsa pilihan-Nya memilih untuk menolak orang-orang yang diutus Allah untuk mengelola kebun anggur ini bahkan Mesias yang dijanjikan-Nya pada mereka, juga ditolak.

Apa yang bisa kita pelajari dari pengalaman penolakan ini? Sebagai murid Yesus, kita juga bersikap terbuka kepada siapa pun, namun banyak orang di sekitar kita, tidak suka menerima kita karena kita berada dalam “lingkaran Kristus dan ajaran-Nya.” Bahwa ajaran baik yang diwariskan oleh Yesus dan dilanjutkan oleh Gereja, tidak serta merta diterima oleh mereka yang belum mengenal dan menerima Yesus.Tantangan-tantangan yang dialami oleh pengelola kebun anggur, juga masih tumbuh subur sampai saat ini. Di mana ada kebaikan yang ditanam, di situ ada “gulma” yang menghambat bahkan mematikan benih-benih iman.***(Valery Kopong)

 

Posting Komentar

0 Komentar