Renungan kita pada hari ini bertema: Kesepakatan. Ada seorang mahasiswa bercerita tentang pentingnya sebuah kesepakatan di dalam pengalaman hidupnya. Ketika ia lulus sekolah SMA, ia memutuskan untuk masuk universitas dengan memilih jurusan yang sesuai dengan kemampuan dan kesukaannya. Padahal orang tuanya sudah merencanakan suatu jurusan yang bertentangan dengan pilihannya. Mereka harus berdiskusi banyak kali hingga akhirnya didapatkan sebuah kesepakatan yang dapat diterima bersama di dalam keluarga.
Kesepakatan itu ialah bahwa orang tua menyetujui pilihan anak mereka, dengan satu syarat yang harus dipatuhi oleh sang anak. Syarat itu ialah ia tidak boleh gagal dengan jurusan studinya itu dan wajib menyelesaikan tepat pada waktunya. Jika ia gagal dan ingin berpindah jurusan, atau menunda dan memperpanjang waktu studinya, orang tua tidak ikut bertanggung jawab. Mereka menyepakati syarat itu dan sang anak menyanggupi itu dengan bersungguh-sungguh dalam studinya.
Suatu kesepakatan lahir dari kenyataan sisi-sisi atau pihak-pihak yang berbeda. Fungsi utamanya ialah supaya kesepakatan itu dipegang dan dijadikan dasar untuk suatu kerja sama, kolaborasi dan hidup bersama. Dari sudut pandang iman kita, perbedaan posisi dan tujuan Tuhan dengan penguasa kejahatan amatlah tajam. Kita memahami bahwa antara Tuhan dan Setan tidak bisa bekerja sama. Tidak mungkin kita menemukan satu kesepakatan antara kedua belah pihak.
Namun ada satu pengecualian. Karena Yesus dan tugas-Nya, satu kesepakatan dicapai antara kehendak Tuhan dan keinginan Setan melalui para musuh Yesus, yaitu para ahli Taurat, kaum Farisi dan para imam besar. Allah telah menetapkan bahwa Yesus Kristus akan mati untuk mengumpulkan dan mempersatukan anak-anak Allah yang tercerai-berai. Pandangan yang sama juga datang dari imam besar Kayafas yang bernubuat bahwa Yesus dari Nazaret akan mati untuk mengumpulkan dan mempersatukan anak-anak Israel yang tercerai-berai.
Kesepakatan ini harus terjadi, sehingga terjadilah Yudas Iskariot yang dirasuki Setan dapat menjalankan tugasnya. Kesepakatan mesti dibuat supaya kita semua dapat merayakan peristiwa dari taman Getsemani menuju ke Golgota hingga Yesus dimakamkan. Kehendak Bapa di surga mesti terwujud, namun untuk menjalankan kehendak itu, ada kesempatan bagi kejahatan, kekerasan, dan dosa ikut ambil bagiannya. Hal ini tentu saja berlaku bagi kita, oleh karena itu Yesus sudah menetapkan perjanjian, bahwa semua kesulitan dan penganiayaan akan datang menimpa setiap para pengikutnya. Ketika kita menjalankan kehendak-Nya, godaan-kesulitan-penderitaan-penganiayaan ikut menyertai. Tuhan melihat, mengizinkan dan menyetujui itu. Kesepakatan telah terjadi bagi kita. (Pastor Peter Tukan SDB)
0 Komentar