Unordered List

6/recent/ticker-posts

Oktovianus ‘Krespo’ Kopong Rawa: Berani Berbisnis di Kota Malang


 

Bagi penduduk provinsi NTT yang merantau ke luar daerah NTT, pada umumnya bekerja sebagai karyawan perusahaan, ada juga sukses di bidang birokrasi dan ada juga yang berwiraswasta, membuka usaha sendiri.  Untuk usaha bisnis secara mandiri, salah satunya adalah Oktovianus Kopong Rawa, yang hari-hari dengan nama populer Krespo, mengadopsi nama Herman Krepo, pesepak bola Argentina yang menjadi pemain favoritnya. 

Krespo kini lagi mengembangkan usaha bisnis konveksi pakaian khususnya sablon baju berupa kostum olahraga dan pakaian seragam di Kota Malang Jawa Timur. Usaha bisnis yang dirintis Krespo, walau masih dalam skala kecil, namun tergolong berani di tengah-tengah persaingan usaha sejenis di kota besar. Apalagi, dalam pengakuannya, pernah gagal dalam bisnis ikan di Sitobondo.

Dalam suatu perbincaangan, Krespo menuturkan, “Bagi saya, apapun pekerjaan yang kita lakukan jika kita enjoy dan menikmati pekerjaan tersebut, saya yakin akan bertahan dan berkembang. Tinggal bagaimana kita mengelolah dan melihat peluang-peluang yang ada”. Demikian Krespo, yang lahir di Lahad Datu Malaysia, 16 Oktober 1987, dari pasangan Bapak Gabriel Saka Muli dan Ibu Rosalia Surat Doni. Inilah menjadi suatu prinsip yang diyakininya untuk berani terjun berwiraswasta di tengah-tengah persaingan usaha konveksi di Kota Malang Provinsi Jawa Timur.   

Usahanya telah menunjukan bukti, walau usahanya belum begitu besar, namun paling tidak bisa membina ekonomi keluarganya. “Yah…., sebuah roda empat yang saya bawa ini”, ungkap Krespo kepada Penulis saat bertemu di Kota Batu Jawa Timur beberapa waktu lalu.

Kini, Krespo bersama istri Vonni Yunianawati, lagi mengenbangkan usaha bisnis sablon baju yang beralamat di Jalan  Terusan Titan IV EE BA Purwantoro Malang Jawa Timur. Usaha bisnis ini dilaunching tepat tanggal 9 September 2016 lalu. Pada awalnya, ide membangun bisnis ini, karena Krespo adalah alumni SMPK Lamaholot 1912 Watoone, mempunyai hobi mengedit foto di aplikasi photoshop saat menempuh pendidikan SMAN 5  Kota Kupang NTT.  

Hobi dan bakatnya terus digeluti saat mengenyam pendidikan pada STIE Malangkucecwara Malang (ABM), bahkan banyak teman meminta bantuan mendesain baju seragam. Dari situ, Krespo mempunyai naluri dan mampu menangkap sebagai suatu peluang usaha konveksi dan sablon yang dapat dikembangkan. Akhirnya, secara perlahan dan berkat jasa orang tua dengan memberikan dukungan doa dan modal, Krespo mulai merinits usaha bisnis tersebut. Sebelum terjun, Krespo yang pernah mengenyam pendidikan di SMPK St. Gabriel Larantuka mulai belajar, mencari tahu proses pembuatan awal sampai finishing satu produk baju. 

                                            


Belajar dari 1 konveksi ke konveksi lain, serta  belajar dari aplikasi youtube bagaimana proses dan teknik sablon yang baik dan benar sehingga menghasilkan hasil yang memuaskan. Setelah memahami  semua proses dan Teknik, baru  membeli peralatan, perlengkapan konveksi dan sablon secara bertahap.  “Karena kalau cuman teori tanpa praktek tidak akan ada hasil. Jadi saya harus punya perlengkapan konveksi dan sablon”, tegasnya.

Secara perlahan dan pasti, Krespo mulai merintis usaha. Perlahan-lahan bisnisnya mulai bekembang. Hasil keuntungan, digunakan secara efiisen, selain untuk keperluan kebutuhan harian, disisihkan untuk menambah peralatan. Kini, Krespo memliki alat sablon yang cukup lengkap Ada komputer, meja rel sablon, screen sablon, perlengkapan sablon, mesin jet sprey untuk membersikan screen. Mesin pressing baju, mesin DTF, mesin pemanas hasil, mesin curring untuk mengeringkan sablon, mesin hot gun untuk mengeringkan hasil sablon, mesin potong kain, mesin afdruk untuk membuat atau mentransfer gambar ke screen sablon. 

“Ada laba lebih saya sisihkan untuk menambah amunisi sablon karena menurut saya harus mengikuti perkembangan jaman. Jadi harus menambah mesin, dan lain—lain”, ungkap Krespo yang pernah sekolha di SRK   St. Stevent Lahad datu dan tamat di SDI Riang Duli Honihama. Dengan peralatan yang cukup lengkap ini, membuat hasil produksinya menjadi bagus dan memuaskan para konsumen, sehingga mendapat permintaan dari konsumen seluruh Indonesia.

Krespo yang kini mempekerjakan dua orang, rata-rata setiap bulan dengan omset Rp25 juta-Rp30 juta. Yah, secara nominal, memang angka terlalu kecil, namun yang pasti bahwa usahanya masih bertahan semenjak awal dirintis.

Dalam usahanya ini, Krespo memegang prinsip, harus bersikap jujur dan jangan mengecewakan orang lain. “Ketika saya mendapatkan modal dari orang tua, Saya selalu memegang pesan papa saya, "Jangan tipu/bohong orang ", ungkap Krespo dalam nada-nada nasar. Lanjutnya, “Bagi saya itu adalah kunci untuk saya bisa bertahan dan mengembangan usaha saya”. Yah, kejujuran merupakan kunci kesuksesan bagi setiap orang dalam setiap kesempatan. 

Dengan bersikap jujur, tidak menipu orang maka otomatis tidak pernah mengecewakan dan merugikan orang lain. “Di samping itu, harus membangun komunikasi yang intensif dan terbuka dengan konsumen, untuk menselaraskan keinginan konsumen”, ungkapnya. Dengan demikian, orang akan menaruh kepercayaan dan perasaan puas sehingga secara tidak langsung dapat menarik minat  untuk terus menggunakan jasa, karena sudah mendapat layanan dan hasilnya bagus sesuai keinginan. Hal ini, penulis sangat merasakannya. Beberapa kali, penulis memesan kostum pada Saka Domdem Apprael milik Krespo, suasana itu sangat terasa. Kendati hubungan sebagai keluarga, namun profesionalitas dalam berbisnis tetap diperhatikan.

Usaha bisnis bukan tanpa masalah. Pada tahun 2019, penyakit covid melanda dunia dan Indonesia,  telah memberikan efek besar pada semua usaha bisnis.   Ppada waktu itu harus putar otak untuk mencari cara supaya tidak kolaps. Banyak konveksi dan sablon d Indonesia yang kolaps, sedangkan tuntutan ekonomi harus terpenuhi. ”Karena masa sulit, sangat mempengaruhi cash flow”, tutur Krespo mengakui dan dua karyawan yang hanya mengandalkan hidup dari usaha sablon, pun membutuhkan uang untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. “Tetapi sesulit apapun itu,  saya yakin pasti ada jalan dan ketika kita mau berusaha pasti Tuhan dan Lewotanah (baca: kampung halaman, dalam arti doa dan dukungan masyarakat di kampung halaman dan sahabat kenalan) akan selalu memberikan jalan”, katanya dengan penuh yakin. Syukur dan puji Tuhan, atas diskusi bersama, solusi  bisa diatasi, dengan usaha baru yaitu menjahit masker.  “Saya pun beralih coba menjahit masker dan mulai memasarkan karena pada waktu itu kebutuhan masker meningkat pesat. Stok kain banyak dan saya maksimalkan untuk membuat masker. Hasilnya sangat membantu membuat usaha saya bertahan dan berjalan sampai sekarang”, beber Krespo dengan nada syukur.

Kendala yang lain adalah karyawan keluar masuk, komplain dari konsumen, date line yang mepet, persaingan antar konveksi dan sablon dan lain-lain, namun    sejauh ini masih bisa  diatasinya. Ada kendala lain yang membuat hati Krespo menjadi trenyuh, yaitu ada konseumen yang sudah dikirimkan baju seragam, namun tidak membayar, sehingga Krespo mengalami kerugian. Belajar dari pemgalaman ini, Krspo pun tidak hilang akal. Krespo merancang SOP (Standar Operasional   Prosuder) tambahan , yaitu barang akan dikirimkan jika sudah lunas pembayarannya dan SOP sebelumnya yaitu membayar di depan 50 persen.

Bukan baru kali ini Krespo menghadapi masalah dalam usaha bisnis. Sebelumnya, Krespo pernah merintis usaha budidaya ikan kerapu di Pasir Putih Kabupaten Situbondo Jawa Timur. Tapi usahnya belum bisa berkembang dan gagal total sehingga menguras modalnya sampai nihil. Atas pengalaman ini, Krespo tidak mau mengulangi kegagalan dua kali.  

Untuk membantu usahanya, Krespo pun mengajukan pinjaman lunak melalui program Kredit Usaha Rakyat (KUR), salah satu progam  unggulan BRI. Menurut pengakuan Krespoo, sudah sartu kali mengajukan pinjaman dan ada rencana untuk mengajukan pinjaman kedua dengan  limit yang agak besar. “Untuk itu, saya bersyukur dan berterima kasih kepada pemerintah Indonesia dan kepada BRI yang telah membantu poenggembangan ekonomi mikro bagi Masyarakat kecil dengan bunga pinjaman yang kecil yaitu 6 % per tahun”, ungkapnya. Kini, Krespo menabur obsesi untuk membuka usaha di Kota Kupang NTT. Untuk rencana ke depan,  akan membuka toko baju ‘Saka Domdem Apparel’ di Kota Kupang NTT.

                                                


Lantas, usaha bisnis menggunakan nama Saka Domdem Appareal, menurut  Krespo,  ayah dari Kenzie Gavriel Alvaro dan Kairos Christiano Aveiro menjelaskan, Saka diambil dari nama Bapa (Gabriel Saka Muli), sedangkan Domdem adalah nama singkatan dari kakeknya, Dominikus Demon, adalah mantan Pamong Desa/ Kepala Dusun Riang Duli (Desa Tuwagoetobi, sebelum mekar menjadi desa Riang Duli). Krespo menjelaskan, menyematkan nama kakek dan orang tua pada nama ladang bisnisnya, berdasarkan petunjuk melalui mimpi.


 “Tiga bulan setelah kakek meninggal, saya mimpi melihat kakek, dan bersamaan itu, ada rencana membuka usaha bisnis, maka terinspirasi menggunakan namanya. Dari situ, muncul niat untuk menggandeng nama bapak dan kakek untuk nama usaha”, ungkapnya. Dengan demikian, Saka Domdem Appareal, menjadi branding usaha milik Oktovianus Kopong Rawa. Hal ini sebagai bentuk penghargaan dan apresiasi serta mengenang jasa orang tua dan kakek atas keberhasilan ini.  Sukses selalu yah……. (#Simon Kopng Seran@)

Posting Komentar

0 Komentar