Unordered List

6/recent/ticker-posts

Suara Hati Pius Dwi Yuliantoro


                                                   


                    Koordinator Prodiakon St Gregorius Agung  (2023-2026) 

PIUS Dwi Yuliantoro saat mengendarai motor dengan kecepatan lumayan menabrak mobil kontainer di jalur jalan raya Daan Mogot Kalideres, Jakarta Barat. Setelah menabrak ia mengalami luka berat, tak sadarkan diri. Namun setelah kejadian itulah yang mengantar pengalaman  Pius merasa terus berpikir ulang tentang  perjalanan hidupnya. Setelah menyadari bahwa ia menabrak lalu jatuh tiba-tiba berada di pinggir kali, yang tak jauh dari jalan raya, kawasan Kalideres, Jakarta Barat. 

‘’Saya sempat di bawah ke RSU Tangerang tapi ditolak. Alasannya  dokter khawatir saya mengalami cedera pada bagian pinggang cukup parah. Pihak RSU Tangerang merasa tak sanggup menangani karena kalau dipaksa untuk melakukan operasi saya bisa mengalami lumpuh total,’’ kisah Pius Dwi Yuliantoro, ketika menyampaikan sharingnya di Rumah Bu Nur Regensi II BlokFC 1 No 35,  Selasa  ( 21 Februari 2024). 

Bukan hanya ditolak di RSU Tangerang, di sebauh rumah sakit yang ada kawasan Cipondoh lagi-lagi Pius ditolak menjalani perawatan di rumah sakit tersebut. Akhirnya keluarga Pius mencari rumah sakit lain untuk menjalani perawatan demi mengatasi kecelakaan yang dialaminya itu. 

Keadaan selanjutnya Pius dirawat di RS Sumber Waras Jakarta kemudian dijaga atau ditunggui oleh pihak keluarganya.  Dalam kondisi itu Pius sempat merenung akan dibawah  ke manakah kehidupan Pius selanjutnya. Di tempat perawatan RS Sumber Waras Jakarta itulah, Pius menjalani operasi. Dalam kurun waktu lama ia menjalani proses operasi dan muncullah pengalaman spiritual yang mungkin bisa menenguhkan siapapun. Tuhan memberikan kepadanya pentunjuk. Di telinganya menggema suara  hati “Pius, kalau kau ingin kaya ikutlah Aku dan aku akan memberikan kekayaan sesunugguhnya dalam hidupmu,’’ demikian suara hati itu menggema di telinganya. 

Lantas apa yang dipikirkan Pius? Ia teringat akan ibundanya yang penuh dengan cinta, kesetiaan membesarkan ketujuh orang anak. Meski Pius mengaku mendapat perlakukan dari saudara – saudarinya yang tidak mengenakan sewaktu ia masih kecil, remaja dan menjelang memasuki jenjang pernikahan. Pius adalah soosk yang teguh  dan setia dengan imannya. 

Suatu ketika bunda Pius memanggilnya untuk memberitahukan kepadanya dan ibunda  Pius ibunya mengatakan akan memberikan warisan. Betapa senang hati pria yang dilahirkan di Tangerang dan besar di kota ‘seribu parbik” ini. Bukan emas permata, buka rumah yang mewah, bukan pula tanah berhentar-hektar melainkan warisan iman pelayanan kepada puteranya. Maklum ibunda Pius seorang yang dikenal giat dalam pelayanan HKY Tanjung Priok. Sebagai anak Pius menerima warisan itu dengan penuh rasa suka cita. 

Ketika stasi Kutabumi ‘tahbiskan’ hampir genap 12 tahun ini menjadi sebuah wilayah paroki defenitif umat kian hari semakin beranjak dewasa. Kelompok kategorial bertumbuh bak cendawan di musim hujan. Iman umat makin bertumbuh dengan subur dan diharapkan semakin berbuah. Suatu ketika Pak Wiriawan meminta Pius menagmbil alih menerima tugas menjadi kordinator, ia pun menerimanya. Mulai tahun 2023 Pius yang direncanakan berakhir pada 2026. 

“Membawahi Prodiakon berjumlah 101 orang saya akui tidaklah mudah. Setiap pribadi memiliki watak atau karakter berbeda-beda. Dan saya menghadapinya penuh dengan dinamika. Ada prodiakon yang boleh “nakal” atau ada juga baik-baik dan setiap orang mesti mengupayakan kekudusan diri,’’ tambah pria yang memiliki empat orang anak ini. 

Ada satu hal yang perlu diketahui, meski sebagai kordinator Prodiakon ia tidak memiliki wewenang untuk  memberhentikan seorang pelayannya. Bukan berarti karena tidak diberhentikan maka berbuat sesuatu dengan seenaknya tapi selalu meng-upgrate diri, bertumbuh, sering membaca Kitab Suci dan melakukan kebaikan. Karena lewat pelayanan Prodiakon adalah salah satu untuk menggapai kekudusan itu. *  

                                                                                                        Konradus R.  Mangu


ket foto : Pius Dwi Yuliantoro

Posting Komentar

0 Komentar