Unordered List

6/recent/ticker-posts

Menerima Sebuah Konsekuensi

 

Kabar suka cita, memberikan pesan penting. Orang yang menerima kabar suka cita pasti membawa suasana senang dan bahagia. Kabar yang dibawa itu mengubah situasi batin seseorang dan akan mendapatkan sesuatu yang istimewa baginya. Sebagai seorang manusia biasa, Bunda Maria tentu mengalami situasi yang menyenangkan dan sekaligus membingungkan ketika menerima kabar suka cita itu dari Allah melalui malaikat Gabriel. Di satu sisi Bunda Maria senang karena mendapatkan pesan penting dari Allah, namun di sisi lain, ia mengalami kegelisahan dan bertanya tentang makna di balik “salam” itu.

Kabar suka cita itu tentu sudah lama dirancang oleh Allah sejak kejatuhan manusia pertama dalam lembah dosa. Kejatuhan manusia pertama itu merupakan titik awal keterputusan hubungan antara Allah dan manusia. Allah mengambil inisiatif untuk membangun hubungan kembali dengan mengutus Sang Putera sebagai pemulih hubungan itu. Dalam Perjanjian Lama, nabi Yesaya meramalkan tentang kedatangan Mesias. “Sebab itu Tuhan sendirilah yang akan memberikan kepadamu suatu pertanda: Sesungguhnya, seorang perempuan muda mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki, dan ia akan menamakan Dia Imanuel.”

Ramalan Yesaya melampaui waktu yang berbeda. Keterpenuhan ramalan itu berpuncak pada kelahiran Sang Putera yang dilahirkan dari rahim Bunda Maria oleh kuasa Roh Kudus. Bunda Maria, sejak menerima kabar suka cita mengalami sebuah pergolakan batin karena ia belum bersuami. Bagaimana mungkin saya bisa melahirkan, sementara itu saya belum bersuami? Pertanyaan dalam ruang kegelisahan itu bisa disibak dan diteguhkan oleh malaikat pembawa kabar suka cita itu. Menerima kabar, menerima sebuah konsekuensi.***(Valery Kopong)

 

 

 

 

Posting Komentar

0 Komentar