Renungan kita pada hari ini bertema: Nama Itu Adalah Kristen. Kita sedang menyebut sebuah nama yang sangat universal yang menjadi identifikasi setiap pengikut Kristus. Nama Kristen ini punya cakupan baik untuk pribadi maupun himpunan jemaat yang mengikuti dan percaya kepada Kristus. Identifikasi diri dengan pribadi Yesus Kristus terkait dengan nama, jelas sangat menyatu dengan pribadi Yesus Kristus. Hal ini tepat dengan penegasan Yesus yang disampaikan berulang kali bahwa Ia tinggal di dalam diri orang-orang yang mendengar dan menerima Dia, serta yang melaksanakan perintah-perintah-Nya.
Secara historis dikatakan oleh Kisah Para Rasul bahwa pertama kali nama “Kristen” dipakai ialah pada masa penyebaran Injil setelah kebangkitan Kristus; di tengah ramainya pengejaran dan penganiayaan Gereja Perdana oleh orang-orang militan Yahudi di satu pihak, dan semangat misionaris Gereja untuk menjangkau wilayah-wilayah non Yahudi di lain pihak. Sejauh negara modern seperti Turki, Lebanon, Irak, dan Iran dari Yerusalem di Palestina, wilayah-wilayah itu dijangkau oleh para rasul dan murid Yesus meski daerah-daerah tersebut memang dikenal sebagai wilayahnya orang-orang kafir.
Kota besar masa itu, Antiokia di wilayah Turki sekarang, menerima iman. Banyak orang memilih untuk mengikuti Kristus. Gereja tumbuh begitu dinamis di bawah pemimpin handal Barnabas yang dilengkapi oleh rasul Paulus yang karismatik. Gereja masih bertumbuh dan dikenal baru oleh berbagai kelompok lain yang dominan dengan kultur Romawi dan Yunani. Meski kecil dan baru, kehadiran dan pengaruhnya sangat menarik perhatian hanya karena yang menjadi isi pewartaannya ialah pribadi Yesus Kristus yang sudah menjadi tenar. Sebagai pembeda dan menjadi identitas Gereja ini, untuk pertama kalinya persekutuan para pengikut Kristus itu diberi nama Kristen (Kisah Para Rasul 11,26).
Nama Kristen segera menyebar menjangkau wilayah yang luas sekaligus tercatat melekat pada diri setiap pengikut Kristus. Orang-orang dengan gampang membuat asosiasi diri: saya Kristen, Anda Kristen, dia Kristen, kami Kristen, kita Kristen, kalian Kristen, dan mereka Kristen. Asosiasi dan identifikasi itu berlaku hingga sekarang. Hal ini menggambarkan suatu perwujudan prinsip persekutuan diri kita masing-masing dan Gereja dengan Kristus. Jika tidak ada persekutuan itu dan tidak ada Yesus Kristus sebagai sumber utama pemersatu, tentu saja tidak mungkin muncul nama “Kristen”.
Dasar persekutuan ini sebenarnya ialah ajaran Yesus Kristus dalam Injil hari ini, yaitu bahwa Ia dan Bapa adalah satu. Dengan nama “Kristen” itulah, kita semua disatukan sebagai anak-anak Bapa dan Dia adalah Bapa kita. ** Pastor Peter Tukan, SDB
0 Komentar