Fince Lamapaha
Bekasi, Gagas Indonesia Satu.com
KELUARGA besar Sekolah Dasar Strada St. Petrus - Tanjung Priuk, Jakarta Utara merasa berduka cita yang sangat mendalam. Seorang guru kelas enam (VI), Maria Yosefience Deran Manuk atau akrab disapa Fince Lamapaha, (53) pada Jumat (29/3) pkl. 22.30 WIB berpulang ke rumah Bapa di surga karena mengalami sakit Demam Berdarah Dengue (DBD). Saat di mana seluruh umat Katolik merayakan Jumat Agung, wafatNya Yesus Kristus Fince Lamapaha menghadap Sang Khalik.
“Sejak Senin, ia dirawat di salah satu Rumah Sakit Bekasi, selama kurang lebih lima hari lamanya. Selanjutnya pada Jumat (29/3) kondisinya makin drop, ia masuk ICU tidak lama kemudian menurut keterangan dokter ia tidak sadarkan diri kemudian menghembuskan nafasnya terakhir pkl 22.30 WIB,’’ kisah suaminya, Remigius Kelen Sani, saat berada di lokasi pemakaman TM Mangun Jaya, Bekasi, (30 Maret 2024).
Fince Lamapaha dikenal sosok periang, suka bercanda, senang menyanyi dan selalu akrab kepada siapa saja. Buktinya ia dikenal luas oleh kalangan guru-guru Strada dan komunitas lainnya di sekolah dan Bekasi, tempat tinggalnya.
Ibu Yustina adalah seorang teman dekat yang dulu pernah bertugas di Strada. Namun ia kini menjadi PNS dan mengabdi di Koja, di sekolah negeri. Ia menceritakan Fince adalah pembina paduan suara di sekolahnya, SD Strada St Petrus. Setiap kali mengikuti lomba paduan suara pasti sekolahnya menjadi pemboyong piala sebagai juara satu. Buktinya sehari sebelum perayaan Minggu Palma, Fince hadir di Sekolah Don Bosco menerima penghargaan sebagai juara satu Lomba Paduan Suara diikuti sekolah Katolik sewilayah Keuskupan Agung Jakarta. Hebat bukan?
Yustina lebih lanjut bercerita kemampuan sebagai pelatih ia buktikan dan berkali-kali sekolah ini meraih juara I. Bahkan menurut rencana, kata Yustina akan tampil lagi karena menjadi juara satu menyisikan puluhan sekolah Katolik di KAJ.
Kedekatan dengan Fince Lamapaha sudah lama. Beberapa tahun lalu saat mau pulang kampung ia sama sama berlibur ke kampung halaman. Yustina ke Belang, , Kecamatan Lebatukan, Lembata dan Fince ke Hinga, Lamapaha, Adonara Timur.
Kesetiaan Fince mengabdikan diri di Strada tak diragukan lagi. Buktinya selama hampir 24 tahun ia bekerja di Yayasan Strada, khusus di SD St Petrus Fince telah mengabdi sekitar 15 tahun. Karena kesetiaan dalam pengabdiannya itu, saat ia meninggal dunia ratusan pelayat datang mengantarnya sampai ke liang lahat. Maka para petinggi Yayasan Strada ikut hadir untuk memberikan sambutan saat mengantar jenazah di kediamannya Vila Indah Permai Blok E no 25, Bekasi Utara. Ikut mengantar sejumlah rekan guru juga sahabat dekat alumni SPGK Podor Larantuka tahun 1989 yang berdomisili di Jakarta dan sekitarnya. Juga ikut hadir kakak sulungnya seorang biarawati yang bertugas di sekolahan daerah Tanjung Priok.
Setelah didiagnosa dokter Fince mengalami DBD ia menjalani perawatan di rumah sakit Bekasi, mulai Senin lalu. Namun pada Jumat (29/3) setelah dokter memberikan penanganan ternyata tidak mengalami perkembangan berarti. Kondisi fisiknya menurun, pada hal pada Kamis, masih berkomunikasi dengan Yustina, temannya itu. Dan pada Jumat malam itu Fince Lamapaha pergi untuk selamanya.
Banyak orang merasa kaget. “Tuhan, kenapa begitu cepat” tulis Yohana Tokan dalam Group WA Podor 1989. Turut memberikan ucapan doa bagi keselamatan Fince Lamapaha, E. Yoce , Wao Leyn, Sinta Tokan, Sr. Clarent, Sr. Sinta dan teman-teman lainnya sahabat seangkatan Podor Larantuka, 1989.
Fince Lamapaha baru ditinggalkan ayahanda, Mangu Wisok sebulan yang lalu. Ia kembali ke Hinga, Adonara, NTT untuk mengantar ayahandanya. Hari ini, ia pun menyusul sang ayahnya ke rumah Bapa. Januarius Situ Nama berkomentar ia berpulang bersamaan dengan wafatNya Yesus maka surga adalah tempatnya.
Fince meninggalkan seorang suami, Remigius Kelen Sani juga kedua anaknya yang masih membutuhkan kasih sayangnya Gita di SMA kelas dua dan Bela di SMP kelas dua. Sahabat, selamat memasuki Rumah Bapa semoga Ina bahagia di sana. * Konrad R. Mangu
0 Komentar