(Sumber Inspirasi: Yohanes
14:6-14)
Beberapa waktu lalu, saya menonton sebuah video
yang memperlihatkan kesaksian seorang non Kristen yang masuk ke agama Kristen
setelah mendalami teks Injil tentang Yesus yang menegaskan diri sebagai jalan,
kebenaran dan hidup. Menurutnya, teks Injil Yohanes yang berbicara tentang
Yesus sebagai jalan, kebenaran dan hidup, memberikan daya tarik yang
memungkinkannya untuk mengikuti Kristus. Ia berani melepaskan agamanya lama dan
mengenakan Kristus. Pengalaman spiritualnya merupakan titik balik yang mengubah
hidupnya.
Apakah pengalaman iman di atas, juga dirasakan
oleh kita yang sudah lama mengikuti Kristus? Kewibawaan kata-kata Yesus mampu
menarik orang yang belum percaya pada-Nya untuk percaya. Bagi kita yang selama ini mengikuti Kristus,
barangkali teks Injil itu sepertinya biasa-biasa saja. Namun bagi mereka yang
sedang berpetualang iman, seakan menyentak kesadaran mereka akan sebuah penegasan
tentang kebenaran yang membuka jalan keselamatan.
Allah telah mengutus seorang Putera-Nya untuk
memberikan jaminan bagi kehidupan manusia. Pengorbanan diri Kristus di atas
salib, memberikan jaminan keselamatan manusia. Ia rela mengorbankan diri karena
cinta yang besar terhadap manusia. Yesus memiliki hati yang lapang untuk
terbuka menerima salib sebagai bagian penting dalam proses menyelesaikan tugas
perutusan-Nya. Jalan salib yang dilalui Yesus adalah jalan perutusan penuh
makna. Tanpa perjalanan salib yang
berpuncak pada kebangkitan-Nya, maka tak ada artinya perutusan Yesus. Ia
hadir memaknai diri dengan taat mengikuti alur penderitaan karena Ia tahu bahwa
ada kebangkitan di balik peristiwa tragis ini.
Hari ini Gereja merayakan pesta Santo Filipus
dan Yakobus. Mereka dua adalah rasul Yesus. Filipus yang selama itu menjadi
murid Yesus, rupanya masih ragu dan tidak percaya akan Yesus. Kata Filipus
kepada-Nya: "Tuhan, tunjukkanlah Bapa itu kepada kami, itu sudah cukup
bagi kami." Ada bersama dengan Yesus, tidak memberikan jaminan akan
pemahaman yang utuh akan Yesus. Menjadi murid, tidak hanya sekedar untuk “ada
bersama-Nya” namun yang dituntut adalah harus mengetahui siapa sesungguhnya
Yesus. Filipus, seorang murid yang
meminta Yesus untuk menunjukkan Bapa pada-Nya, pada akhirnya bergerak keluar
untuk mewartakan Injil di Frigia, sebuah kota tua di Asia Kecil. Sementara itu,
di mata Santo Paulus, Yakobus disebut
sebagai Sokoguru Gereja, sejajar dengan santo Petrus dan Yohanes (Gal 2:9).
Menjadi murid Kristus, berarti berakar pada-Nya
karena hanya dalam Dia, kita memperoleh warisan iman. “Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya
barangsiapa percaya kepada-Ku, ia akan melakukan juga pekerjaan-pekerjaan yang
Aku lakukan, bahkan pekerjaan-pekerjaan yang lebih besar dari pada itu.”
Pekerjaan Bapa adalah pekerjaan yang menyelamatkan.***(Valery Kopong)
0 Komentar