Dari orang-orang yang pernah hidup di dunia, hanya ada satu Pribadi yang tidak perlu berdoa. Hanya ada satu Pribadi yang kesempurnaan diri-Nya sedemikian rupa sehingga tidak ada kewajiban pada diri-Nya kepada Allah atau kepada diri-Nya sendiri. Mengapa sampai begitu? Karena Pribadi ini adalah Allah: Ia adalah Kristus, sungguh Allah sungguh manusia (100% Allah dan 100% Manusia).
Namun jika kita mempelajari kitab-kitab Injil, kita akan melihat begitu sering Yesus berdoa. Injil Markus beberapa kali mencatat apa kiranya arti doa dalam hidup Yesus: (1) Pagi-pagi benar, waktu hari masih gelap, Ia (Yesus) bangun dan pergi ke luar. Ia pergi ke tempat yang terpencil dan berdoa di sana (Mrk 1:35); (2) Setelah berpisah dari mereka (para murid), Ia pergi ke bukit untuk berdoa; (3) Di taman Getsemani, Yesus bersabda kepada para murid-Nya: “Duduklah di sini, sementara Aku berdoa” (Mrk 14:32). (4) Sikap doa dan doa-Nya di taman Getsemani sudah kita ketahui (Mrk 14:35 dsj.); (4) Pentingnya berdoa juga diungkapkan oleh Yesus dalam Mrk 9:29 dan Mrk 13:18.
Injil Yohanes memberikan kepada kita pengajaran-pengajaran Yesus yang mendetil pada Perjamuan Terakhir. Seluruh bab 17 yang terdiri dari 26 ayat berisikan doa Yesus untuk murid-murid-Nya (termasuk juga murid-murid di masa mendatang) juga dilakukan dengan latar belakang Perjamuan Terakhir tersebut. Doa ini disebut juga Doa Imam Besar Agung.
Injil Lukas mengindikasikan kebiasaan berdoa dari Yesus. Injil tersebut mencatat bahwa setelah Perjamuan Paskah, sebagaimana biasa Yesus pergi ke taman Getsemani, tentunya untuk berdoa. Ia berkata kepada para murid-Nya: “Berdoalah agar kamu jangan jatuh ke dalam pencobaan” (Luk 22:39-40). Kemudian Yesus menjauhkan diri dari para murid-Nya sejauh melemparan batu, lalu Dia berlutut dan berdoa,…… sebuah doa yang terasa sangat manusiawi: “Ya Bapa-Ku, jikalau Engkau berkenan, ambillah cawan ini dari hadapan-Ku; tetapi jangan menghendaki-Ku, melainkan menghendaki-Mulah yang jadi” (Luk 22:42). Santo Lukas – yang adalah seorang tabib/dokter – adalah orang menyatakan bahwa peluh Yesus menjadi seperti titik-titik darah yang bertetesan ke tanah ketika Dia berdoa di taman Getsemani (Luk 22:44). Lukas juga menulis bahwa Yesus mengajak para murid-Nya untuk berdoa, agar mereka tidak terjatuh ke dalam pencobaan (Luk 22:45). Dari pengalaman kita mengetahui bahwa sulitlah untuk berdoa ketika kita sedang menderita, sedang berada di tengah kesusahan hidup. Dalam penderitaannya, Yesus justru berdoa lebih serius lagi. Inilah yang harus kita teladani.
Dalam perumpamaan-perumpamaan-Nya, Yesus mengajar kita semua untuk bertekun dalam doa. Pada dasarnya Dia mengajarkan bahwa kita membutuhkan doa sebagai suatu kebiasaan seumur hidup kita. Yesus mengajar hal ini dengan paling jelas melalui contoh-contoh hidup-Nya sendiri.
F.X Indrapraja, OFS
0 Komentar