Jeny Palan Lito
Malayasia, Gagas Indonesia Satu.com
PROFESI yang ingin ia miliki adalah ingin menjadi seorang guru di sekolah. Ketertarikan ini karena melihat Bapak atau ibu guru yang dilihatnya di sekolah sehingga mendorongnya menjadi seorang guru. Aalasannya paling sederhana dan simpel yakni ingin mengajarkan anak-anak sehingga menjadi anak yang pintar. Demikian dikatakan Jeny Palan Lito (15 tahun), seorang murid SMK Bahang, Kota Kinabalu (KK), Malaysia lewat telpon seluernya, Selasa ( 15 Mei 2024).
"Saya mau menjadi guru di sekolah. Bisa membantu mengajar anak-anak sehingga jadi pintar,'' kata Jeny lebih lanjut karena ia senang dengan profesi ini.
Ia menceritakan sebelumnya ia menlewati pendidikan Sekolah Rendah (setingat SD) Bahang, KK, Malaysia.Pelajaran yang dipelajari memang tidak jauh berbeda dengan pendidikan dasar di Indonesia. Ia menyebut : Sains, Matematika, Bahasa Cina, bahasa Malaysia dan Geografi. "Dulu saya paling senang pelajaran Bahasa Inggris tapi sekarang ia lebih suka bahasa lokal,'' lanjut Jeny.
Ia menceritakan setiap hari berangkat ke sekolah dari rumah dengan jarak tempuh 10 sampai dengan 20 menit. Artinya dari rumah ke sekolah tidak terlalu jauh hanya beberapa menit saja. Ia menggunakan mobil dan kadang diantar oleh orangtuanya.
Puteri tunggal dari Janain - Florentina Abon, ini sudah lama bercita-cita menjadi guru. Jeny baru berulang tahun 11 Mei 2024 lalu itu memang mengakui secara akademik ia terus bertekad untuk mencapai nilai terbaik sehingga bisa mencapai cita-citanya itu.
Kedua orangtuanya mengakui selalu mendorong, memberikan motivasi agar bisa sekolah sebaik-baiknya. Ia selalu tekun belajar agar kelak meraih cita-citanya. Saat ini ia sedang duduk di kelas dua SMK. Sesuai dengan aturan pendidikan di Malaysia, dia melewati SMK selama 5 tahun. Setelah itu sekolah yang mengetatahui potensi mereka kemudian menyalurkan ke dunia kerja. Itu artinya berbeda dengan di Indonesia, sampai seorang mendapat pekerjaan difasilitasi oleh sekolah bukan anak itu sendiri. Selamat berjuang Jeny, raihlah cita-citamu. *** Konrad R. Mangu
0 Komentar