Pada hari ini renungan kita bertema: Semoga Mereka Menjadi Satu. Kalimat ini datang dari Yesus sendiri, yaitu ketika Ia berdoa bagi para rasul, murid-murid dan kita semua pengikut-Nya, pada waktu perjamuan malam terakhir. Isi doa seperti ini kemudian untuk seterusnya menginspirasi doa-doa kita untuk keperluan persekutuan dan persatuan.
Persekutuan ini menjadi satu hakikat mendasar sifat Allah, yaitu Tritunggal. Lalu Yesus mendoakan supaya semua pengikut-Nya akhirnya sampai pada tujuan persekutuan ini. Namun pertanyaan yang sederhana begini, mengapa Yesus tidak ungkapkan: Mereka harus bersatu, tapi sebaliknya: semoga mereka bersatu?
Alasan paling kentara ialah bahwa Tuhan memberikan kebebasan pada setiap manusia untuk memilih persatuan atau perpecahan dan tercerai-berai. Ini sama dengan kebebasan memilih untuk menaati Dia atau melawan. Di dunia ini arena bermain dan berjuang akan menentukan apakah setiap orang benar-benar mengikuti Tuhan atau sebaliknya memilih jalan lain. Kita tahu pilihan mana yang membawa kita kepada keselamatan.
Alasan lain yang mungkin kurang kita sadari ialah bahwa persiapan merupakan unsur yang selalu penting dalam ziarah iman kita di dunia. Doa Yesus semoga kita bersatu di dunia merupakan dorongan supaya kita menyiapkan suatu persekutuan yang kuat dan bermartabat sebagai putra dan putri Allah. Persiapan ini bagaikan meningkatkan selera supaya kita merindukan persatuan abadi di surga. Jangan pernah abaikan atau remehkan apa pun jenis persekutuan kita di dunia dengan berpikir nanti saja disediakan persekutuan di surga.
Alasan berikutnya sebagai yang paling tinggi dan terakhir ialah bahwa Allah itu esa dan tempat Ia berdiam ialah satu saja selamanya, di surga. Untuk sampai ke sana kita harus melewati perjalanan dan proses panjang. Tidak ada permainan sulap atau transportasi kilat untuk bisa sampai di sana. Kalau seandainya tak ada proses maka cukup satu saja mujizat untuk membawa semua orang bersatu di surga. Tetapi ada prosesnya, maka kita memakai “semoga kita bersatu”.
Dalam segala usaha untuk itu, kita manusia menaruh harapan semoga dapat mencapainya. Tuhan tidak ingin menghilangkan unsur pengharapan pada manusia dengan memakai kata harus. Harapan sangatlah penting bagi kita manusia. Semua doa kita jelas memakai kata “semoga” atau “kiranya” dan “akan” atau “nantinya”, karena itu sebagai tanda nyata pengharapan kita.
Pastor Peter Tukan, SDB
Foto: istimewa (dok)
0 Komentar