(Sumber Inspirasi: Yohanes 21:
15-19)
Ketika Yesus tampil di hadapan umum, salah satu
hal yang dilakukan adalah memilih dua belas murid. Untuk apa Yesus memilih murid-murid? Tiga tahun Ia mewartakan Kerajaan Allah,
berjuang masuk ke kampung dan kota untuk mewartakan bahwa Kerajaan Allah sudah
dan sedang terjadi. Yesus tidak ingin agar pewartaan-Nya berhenti begitu saja
tanpa ada yang melanjutkannya. Para murid belajar dari Yesus tentang bagaimana
mengajar orang banyak dan diberi kuasa untuk melakukan mukjizat. Para murid
juga memikul tanggung jawab misioner untuk melanjutkan karya-karya Yesus yang
pernah ditanamkan di dunia ini.
Melaksanakan tanggung jawab misioner berarti
bersedia untuk bergerak keluar dari diri dan kelompok untuk menjumpai mereka
yang belum mengenal Kristus. Tugas mewartakan karya-karya Kristus ini memang
terkesan sederhana, tetapi butuh
komitmen yang kuat untuk menerjemahkan misi Yesus dalam konteks zaman.
Apakah masih relevan misi Yesus saat ini? Ini pertanyaan sederhana yang mencoba
untuk menggali kembali perjuangan para misionaris yang hadir di tanah misi,
namun banyak mengalami kekecewaan karena orang-orang yang digembalakannya
ternyata tidak menghiraukan. Inilah tantangan berat yang dihadapi saat ini di
mana agama sudah menjadi ruang privasi yang sulit dijangkau oleh para pewarta.
Memaknai teks Injil hari ini tetap relevan
dalam karya pewartaan yang diemban oleh Gereja. Yesus memilih Petrus sebagai
kepala atas para murid, bukan berarti ia menunjukkan diri sebagai murid yang
selalu benar. Petrus dikenal sebagai figur yang kurang memiliki pendirian yang
kuat. Ada beberapa peristiwa yang memperlihatkan sikap dan karakter Petrus
sebagai orang yang tidak memiliki komitmen pribadi. Sebanyak tiga kali ia
menyangkal Yesus. Peristiwa ini barangkali bisa dipahami karena dengan
menyangkal Yesus, ia berusaha untuk menyelamatkan dirinya dari serangan musuh.
Penyangkalan ini tentunya paradoks dengan tindakannya di taman Getzemani saat
Yesus hendak ditangkap. Saat itu Petrus tampil dengan pedang, ingin memberikan
rasa aman pada Sang Guru dari ancaman para algoju. Tindakan protektif itu
mendapat kemarahan dari Yesus.
Mengapa Yesus memilih Petrus menjadi kepala
atas para murid dan di atas puncaknya, Yesus mendirikan Gereja? Sebagai
nelayan, Petrus memperlihatkan diri sebagai orang yang taat. Ketaatan Petrus
pada Yesus diperlihatkan saat semalam suntuk Ia mencari ikan dan tidak
mendapatkan apa-apa. Namun ketika disuruh oleh Yesus untuk menebarkan jala,
Petrus melaksanakan dengan penuh taat. Di sini, bisa dilihat bahwa Petrus
mengesampingkan pengalaman hidupnya sebagai nelayan dan mencoba taat pada Sang
Guru. Pengalaman ketaatan pada Yesus membuahkan hasil, di mana mereka bisa
mendapatkan ikan yang begitu banyak, bahkan jala hampir koyak.
Kelebihan lain yang dimiliki Petrus adalah
kerendahan hati. "...iapun tersungkur di depan Yesus dan berkata: 'Tuhan,
pergilah dari padaku, karena aku ini seorang berdosa." Petrus menyatakan
diri sebagai orang berdosa dan menyatakan ketidaklayakannya di hadapan Yesus.
Ia tidak lagi menyebut Yesus sebagai guru, melainkan sebagai Tuhan. Beberapa
catatan yang memperlihatkan kelebihan seorang Petrus, maka Yesus berani untuk
memberikan tanggung jawab padanya. : "Tuhan,
Engkau tahu segala sesuatu, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau." Kata
Yesus kepadanya: "Gembalakanlah domba-domba-Ku. Pertanyaan yang
dilontarkan oleh Yesus pada Petrus sebanyak tiga kali, memberikan gambaran
bagaimana Yesus meminta komitmen dari Petrus untuk menjalan misi penggembalaan.
Tiga kali ia
menyangkal Yesus dan tiga kali pula Yesus bertanya padanya sebelum memberikan
tugas dan tanggung jawabnya sebagai seorang gembala yang siap menggembalakan
domba-domba. Belajar dari Petrus, dalam kerapuhan kita, turut dibentuk oleh
pengalaman jatuh-bangun dalam mengikuti dan mewartakan tentang Kristus, pada
akhirnya disanggupkan oleh Tuhan dalam mewartakan karya-karya-Nya.***(Valery
Kopong)
0 Komentar