Dokter Eddy P. Lamanepa
Jakarta, Gagas Indonesia Satu.com
SEKITAR 300-an warga Adonara dan Lamaholot umumnya hadir di aula SD St Antonius – Jl. Mataraman Raya No 119 Jakarta Timur, Minggu ( 23 Juni 2024) untuk menghadiri perayaan Ekaristi Kudus memperingati 40 hari meninggalnya Dokter Romanus Eddy Purwanto Lamanepa, MPH. Perayaan Ekaristi Kudus mengenang dokter asal Watoone, Witihama ini dipimpin Pastor Tian Gaguk Pr mengusung tema “Sebab Inilah Kehendak Bapa supaya Aku membangkitkannya pada akhir zaman”.
Seluruh handai taulan hadir khususnya keluarga Lamanepa dari Adonara, Larantuka dan sekitarnya termasuk sejumlah pejabat. Istri almahrum Maria Ratna Widiani, anak ketiga, Dokter Regina Lamanepa, adik-adik dokter Eddy Lamanepa. Turut hadir Anton Doni Dihen ( calon Bupati Flores Timur).
Siprianus Senuken merupakan warga Witihama yang hadir mengikuti perayaan Ekaristi Kudus itu. Kepada media ini ia menjelaskan sosok Dokter Romanus Eddy Purwanto Lamanepa MPH adalah sosok dokter lulusan Universitas Indonesia pertama dari Adonara. Kiprahnya mengabdi di dunia kesehatan dari satu kabupaten ke kabupaten lainnya. Dalam tugas pelayanan di birokrat dan keseharian Sipri Senuken mengaku dia adalah sosok yang berintegritas, pekerja keras dan mengabdi dengan sungguh – sungguh di bidang kesehatan.
‘’Dia anak sulung dari 14 bersaudara. Yang saya kenal Dokter Eddy Lamanepa memiliki sikap yang ramah, setia bekerja, tulus dalam mengabdikan diri sebagai dokter di Adonara, Sikka, Soe dan wilayah lain di Nusa Tenggara Timur. Bahkan yang saya tahu, diakui oleh adik-adikya dia sangat peduli dengan adik-adiknya,’’ kata Sipri Senuken.
Pengakuan mengenai sosok yang selalu peduli keluarga diakui sejumlah orang NTT yang hadir. Sony Lamanepa, adik kandung Dokter Eddy P. Lamanepa MPH mengakui hal yang sama. Ia adalah dokter yang murah senyum, jarang marah kepada siapapun juga kepada seluruh karyawan yang dipimpinnya.
‘’Mas Pur (panggilan dokter Eddy) selalu menghadapi masalah dengan sabar. Ia tenang dan selalu senyum. Maka semua orang mengenalnya pribadi yang berintegritas, visioner dan selalu menjadi panutan bagi keluarga kami,’’ tambah Sony Lamanepa.
Dokter Regina Lamanepa, anak bungsu yang bertugas di Labuan Bajo, Manggarai, Flores, NTT hadir dalam Misa itu mengisahkan ayahnya meninggal dunia pada 15 Mei 2024 di Jakarta. Sebelumnya pada 14 Mei 2024 ia masih bekerja di NGO Global Fun dan sempat memimpin rapat bersama secara online yang dihadiri seluruh mitranya yang berasal dari seluruh Indonesia. Setelah bekerja ia kembali ke rumah dan berisitirahat.
Dokter Eddy sudah lama menjalani pensiun sejak tahun 2008. Namun karena kepedulian tinggi dalam bidang kesehatan ia bergabung dalam NGO Global Fun yang mengurus tentang penanggulangan HI/AIDS di Indonesia.
Pada 14 Mei 2024 ia masih bertugas di kantor, lembaga NGO Global Fun. Setelah bekerja ia pulang ke rumah dan beristirahat. Sekitar pkl 20.00 WIB diminta bangun oleh istrinya, Maria Ratna namun Dokter Eddy berpesan ia masih melanjutkan istirahatnya. Sekitar pukul 22.00 istrinya kembali memintanya bangun untuk makan malam namun istrinya mendapati Dokter Eddy Lamanepa dalam kondisi tak bergerak. Selanjutnya ia meminta tolong tetangganya mengantar Dokter Eddy Lamanepa ke UGD Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM), Jakarta.
‘’Bapak saat diminta bangun oleh mama untuk makan. badannya tidak bergerak. Mama kemudian meminta tetangga mengantar Bapak ke RSCM. Namun sekitar pukul 00.25 WIB (tanggal 15 Mei 2024) Bapak diketahui meninggal dunia dan diperkirakan mengalami serangan jantung,’’ kata Dokter Regina Lamanepa.
Selanjutnya jenazah dokter Adonara pertama ini dibawa pulang ke Nusa Tenggara Timur (NTT) dimakamkan di Kupang.
Misa peringatan 40 hari dokter Eddy Lamanepa
Di mata Dokter Regina, sosok Bapaknya adalah panutan bagi keluarga. Ketika usia ayahnya yang semakin bertambah semangat belajar tidak pernah pudar. “Bapak mengajarkan banyak hal dalam bidang kesehatan bahkan saya banyak belajar hal tentang kesehatan termasuk aktivitas Bapak di bidang Global Fun yang mengurus tentang penanggulangan HIV/AIDS,’’ tambah lulusan Unika Atmajaya, Jakarta ini.
Lulusan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1977 merupakan dokter pertama asal Pulau Adonara, Flores , NTT. Sebagian besar waktu pengabdian untuk dunia kesehatan di wilayah NTT, mulai dari Puseksamas Waiwadan, Waiwerang, Sikka, Soe, Kupang dan warga NTT pada umumnya.
Lulusan Pasca Sarajana School of Public Health USA – 1986 ini memiliki jabatan terakhir sebagai Pembina Muda, Koordinator Planing Monitoring Evaluasi PRJF Kementerian Kesehatan RI 2008- Juni 2024. Kepergiaan meningglkan jejak teladan baik bagi seluruh keluarga dan semua orang yang pernah dilayaninya. Ia meninggalkan seorang istri, tiga orang anak, 5 orang cucu. Selamat jalan dokter Eddy, selamat memasuki Jerusalem Baru. **
Konradus R Mangu
Ket foto; Dokter Romanus Eddy P. Lamanepa, foto dua; suasana misa di aula SD Antonius Matraman
0 Komentar