Grace Siahaan Njo
PATUNG Herman Yoseph Fernandez telah lama dibangun tahun 1988 di jantung Kota Renha Larantuka namun sebagian warga mungkin belum pernah mengenal siapa sosok Herman Fernandez. Jika tidak dilakukan upaya pengenalan maka suatu saat patung itu hanya menjadi kenangan, boleh jadi akan digusur diganti dengan ornamen patung lain.
Grace Siahaan Njo memiliki kegelisahan yang sama. Sebagai ponakan dari Herman Yoseph Fernandez, ia mengakui banyak generasi sekarang yang tidak mengenal sosok Herman Fernandez. Maka upaya penulisan buku biografi tentang sosok kelahiran Ende yang memiliki orangtua berasal dari Larantuka ini mnejadi hal yang penting untuk mengenalkan kepada generasi muda.
Grace Siahaan Njo mengatakan hal itu di sela-sela “Seminar Buku Biografi Herman Fernandez’’ di Gedung Yustinus, Lt.14 Uniiversitas Katolik (Unika) Atmajaya, Jakarta (8 Juni 2024).
Kisah hidup Herman Y.Fernandez dimulai dari masa kecil, sekolah di Ende kemudian melanjutkan pendidikan ke Muntilan, ia bergabung dengan Tentara Pelajar dalam Perang Kemerdekaan untuk mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Setelah petempuran hidup mati melawan Belanda dalam Palagan Sidobunder 2 September 1947, Herman Y. Fernandez gugur setelah dieksekusi, 31 Desember 1948.
Ide awal penulisan buku dari Grace Siahaan sebagai ponakan Herman Y. Fernandez kemudian ia bertemu dengan penulis buku aneka sejarah Thomas B. Ataladjar untuk melakukan penelitian lewat buku dan kunjungan langsung tempat-tempat yang menjadi lokasi perjuangan Herman Y. Fernandez.
‘’Ini adalah langkah awal dalam usulan gelar Pahlawan Nasional. Proses ini mutlak dilakukan, seminar dilakukan tingkat Kabupaten Larantuka dan Provinsi NTT. Selain itu disiapkan naskah akademik yang ditulis sejumlah dosen,’’ jelas Grace yang kini bekerja di Jakarta.
Seminar buku biografi bertujuan meneladani nilai-nilai kebaikan yang dihidupi Herman Yoseph Fernandez. Sikap patriot, kepedulian, keberanian, konssiten jiwa. semangat kebangsaan, nilai toleransi kuat, humanis sungguh dihidupi Herman Fernandez. Maka ia mendukung jika nilaipengabdian di masukkan dalam muatan lokal pendidikan di tingkat lokal dan nasional.
‘’Nilai-nilai pengabdian Herman Fernandez kalau hanya di dalam biografi mungkin diketahui satu generasi tapi kalau dmasukkan dalam pendidikan, maka nilai itu dari tahun ke tahun dikenal oleh semua generasi muda,’’ jelas Grace Siahaan Njo. *
Konradus R. Mangu
0 Komentar