Unordered List

6/recent/ticker-posts

Menanti Herman Yoseph Fernandez Secara De Jure Jadi Pahlawan Nasional

                                             


Jakarta, Gagas Indonesia Satu.com 

MANTAN KASAD dan Pangdam Udayana, Kiki Syahnakri mengatakan berpedoman pada Undang Undang No 20 Tahun 2009 tentang Pemberian Gelar Tanda Kehormatan  maka kisah perjalanan hidup Herman Yoseph Fernandez sangat bisa dan layak menjadi Pahlawan Nasional. Di dalam undang-undang tersebut memuat lima syarat umum yang sudah dipenuhi sementara syarat khusus dari delapan butir, lima syaratnya  sosok kelahiran Larantuka, Kota Renha layak menjadi Pahlawan Nasional. 

“Ketika tim panitia penulisan biografi bertemu saya lalu menyampaikan keinginan untuk melakukan bedah buku dan ikut memperjuangkan Herman Yosef menjadi Pahlawan Nasional saya belum tahu. Namun saya mengetahui setelah Pak Thomas B. Ataladjar menjelaskan sosok Herman Yoseph Fernandez, saya menyatakan bersedia membuat pengantar dalam buku ini dan tentu saja kita semua mendukung sosok ini menjadi Pahlawan Nasional,’’ demkian Keyonte Spekaer Letjen (TNI) Kiki Syahnakri dalam acara “Seminar Bedah Buku Biografi Herman Yoseph Fernandez di ruang Yustinus Lt.14 Universitas Katolik Atmajaya, Jakarta, Sabtu (8 Juni 2024). –

Sekitar 200-an warga NTT hadir di ruang Yustinus Unika Atmajaya. Hadir sejumlah tokoh asal NTT termasuk Anggota DPR RI, Melky Laka Lena, sejumlah wartawan asal NTT, tokoh-tokoh lain seperti pengacara, dosen dan berbagai profesi lain ikut dalam seminar tersebut. 

Dikatakan pemerintah, seluruh masyarakat terus mendorong agar Herman Yoseph Fernenadez dikukuhkan secara de jure menjadi Pahlawan Nasional setelah semua persyaratan terpenuhi. Panitia perlu bekerja sama dengan pemerintah saat ini apalagi dalam masa peralihan ini sehingga mempercepat pemberian gelar Pahlawan Nasional itu untuk Herman Yoseph Fernandez.

Ketua Panitia Seminar Bedah Buku Herman Yosef Fernenadez, Grace Siahaan Njo mengatakan  kegiatan  ini sebagai langkah awal usulan gelar Pahlawan Nasional putera kelahiran Larantuka, Kab. Flores Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT). Proses ini sebagai persayarakatan yang diatur dalam UU no 20 Tahun 2009.  Setelah itu dibuatkan naskah akademik lalu seminar dilakukan di tingkat kabupaten, provinsi kemudian diusulkan ke Presiden RI melalui Kementerian Sosial. 

Tiga nara sumber yang menjadi pembedah buku Dr. Yoseph Yapi Taum, M. Hum (Dekan Fakultas Sastra Universitas Sanata Dharma), Dr. Bondan  Kanomuyoso M.Hum (Sejarahwan dan Dekan Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya UI), Laksamana Pertama  Dr. Hariyo Poernomo, SE, M.M M.TR Opsla M. Han (Kepala Dinas Sejarah TNI – AL). Acara dimoderatori Dr. Gorys Lewoleba  (Dosen UI).Dr. Bondan menyampaikan tanggapan melalui video yang telah direkam oleh panitia. 

Thomas B. Ataladjar, penulis buku Herman Yosef Fernandez  tampil pertama dalam pengantar mengatakan mendapat tugas dalam tim panitia untuk menuliskan biografi Herman Yosef Fernandez yang adalah anak Lamaholot. Dilahirkan sebagai anak keempat dari 12 bersaudara pasangan Markus Suban Fernandez (guru)- Fransiska Theresia Pransa Carvallo Colin (guru-pegiat kesehatan).

‘’Secara singkat biografi ini mengisahkan tentang ketokohan, perjuangan dan kepahlawanan Herman Yosef Fernandez. Buku ini mengisahkan masa kecil di tengah keluarga di Larantuka, pendidikan di Ende dan Muntilan, masa perjuangan bersama organisasi perjuangan rakyat  serta masa bertempur melawan Belanda,’’ jelas penulis berbagai buku termasuk Sejarah Kota Jakarta ini. 

Perjuangan Herman Yosef Fernandez akhirnya gugur sebagai Tentara Pelajar dalam Perang Kemerdekaan mempertahankan NKRI setelah pertempuran hidup mati melawan Belanda  dalam Palagan Sidobundar 2 September 1947 dan gugur pada 31 Desember 1948. 

Mengawali pembicaraannya Laksamana Pertama Dr. Hariyo Poernomo mengatakan  karakter Yos Sudarso dan Herman Yoseph Fernandez sangat mirip bahkan sama karena Herman Yosef dikenal sosok rela berkorban, cinta tanah air, memiliki kesetiakawanan sosial  dan jiwa patriotisme.  

Dikelaskan pertempuran Arafuru, sesuai dengan risetnya  ada tiga kapal yang bergerak : RI Macan Tutul, KRI Macan Kumbang, dan RI Harimau dan begitu berhadapan dengan konvoi Belanda tiga kapal milik Belanda itu jika dikalkulasi kita kalah walaupun hanya dengan menggunakan kapal cepat. Kesigapan Yos Sudarso dua kapal KRI Macan Kumbang dan Harimau  dan luar biasanya Yos Sudarso memrintahkan menembak Kapal Milik Belanda (Heversen) sehingga seluruh konsentrasi kapal-kapal perang Belanda  menuju ke KRI Macan Tutul dan Yos Sudarso dan beberapa kru menjadi Pahlawan Kusuma Bangsa.   

Hariyo mengingatkan kepada panitia pengusul Pahalawan Nasional segera mengajukan Kepada Kepala Staf Angkatan Laut untuk diusulkan menjadi nama kapal perang jika sudah defenitif menjadi Pahlawan Nasional. Atas dasar keputusan ini ada satu moment  yang luar bisa disampaikan. Ketika Herman Yosef Fernandez, mengikuti pendidikan HIS d Muntilan salah satu rekannya adalah Komodor Yos Sudarso,  dan KRI Yos Sudarso sudah ada, apabila kita wujudkan ada KRI Herman Yosef Fernandez biarkanlah mereka bersandar bersama. 

Pembedah buku Laks. Pertama (TNI) Dr. Hariyo Poernomo menegaskan nilai-nilai perjuangan Herman Yoseph Fernandez tidak jauh berbeda dengan Yos Sudarso yakni  memiliki semangat patriotisme, cinta tanah air dan memiliki sikap kepedulian dan toleransi tinggi dikenal sebagai Pahlawan Nasional.”Saat menerima buku ini kami melihatnya bahwa tulisan ini dapat menularkan semangat juang dengan mengusung nilai-nilai perjuangan Herman Yoseph Fernandez,”katanya. 

Dr. Yoseph Yapi Taum, M. Hum,  Dekan Fakultas Sastra Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, juga dikenal penulis puisi ini menjelaskan pemetaan Pahalawan Nasional dari berbagai daerah di Indonesia. Ia menyebut paling banyak dari Jawa Tengah, Yogyakarta, Sumatera dan tempat lainnya. Khusus di NTT ia menyebut baru tiga Pahlawan Nasional yang berasal dari Pulau Rote ( 2 orang) Pulau Sabu (1 orang) sementara Flores yang pernah disinggahi penggagas Pancasila itu belum ada pahlawan dari sana. 

Dosen yang pernah mengajar di Universitas Dili, Timor Timur (kini negara Timor Leste) melanjutkan  seperti dalam pengantar Biografi Herman Yosef Fernandez, Dr Paul  Budi Kleden, Superior Jenderal SVD di Roma (Kini diangkat oleh Paus Fransiskus menjadi Uskup Agung Ende) belum lama ini - - dalam pengantarnya menegaskan, “Orang Flores tidak lagi menjadi penikmat perjuangan orang lain tapi ikut berjuang mencapai kemerdekaan itu’’. 

Dr. Bondan Kanumuyoso, M.Hum,  Sejarahwan dan Dekan Dekan Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya UI dalam pengantar lewat video mengatakan Herman Yosef merupakan tokoh yang luar biasa, hidup di zaman perjuangan dan kemerdekaan untuk menumpas kolonialisme Belanda. Dengan perjuangan ikut mewujdukan cita cita kemerdekaan Indonesia, dan perjunagn itu bukan hanya sikap tapi terjun langsung mengangkat senjata menentang penjajah. “Tokoh ini menjadi inspirasi bagi generasi muda negara ini, ‘’ katanya. 

Paul Budi Kleden SVD dalam pengantar buku ini berjudul “Kepahlawan Bakti Bagi Bangsa – Gelekat Lewotana’’ mengingatkan  sosok ini  Herman Yosef Fernandez pengingat bagi para wakil rakyat memenuhi Bale Gelekat Lewotana bahwa bagaimana melayani negara sesungguhnya ‘gelekat lewotana’ (mengabdi untuk kampung halaman, dengan sikap rela memberi, memberi diri sendiri demi yang lain). 

Dr. Yoseph Yapi Taum  bagian akhir sebagai pembedah buku ini mengatakan, secara de facto Herman Yoseph Fernandez telah menjadi pahlawan. Ia di makamkan di Taman Makam Pahlawan Kusumabangsa Yogyakarta, namanya tertulis di Monumen Sidobunder, Monumen tentara Pelajar di Kebumen, monumen pahlawan bangsa Herman Y. Fernandez di Larantuka. “Secara de facto ia telah menjadi pahlawan namun perjuangan itu tentu memerlukan proses yang panjang,’’katanya. 

                                        

Antusias warga NTT mengikuti bedah buku Biografi Herman Yoseph Fernandez luar biasa. Pertanyaan penguat dan harapan muncul dalam acara bedah buku termasuk usulan semangat tokoh kelahiran Lamaholot ini dimasukkan dalam pendidikan sekolah di NTT. Pertanyaan tentu ada yang pasti masyarakat NTT dan Indonesia menanti secara de jure pemberian Herman Yoseph Fernandez sebagai Pahlawan Nasional.* Konradus R. Mangu

ket. foto atas

Kiri: Dr. Yoseph Yapi Taum (berdiri), Thomas B. Ataladjar, Dr. Hariyo Poornomo dan Gorys Lewoleba

Posting Komentar

2 Komentar

  1. Semoga secepatnya secara hukum ditetapkan sebagai pahlawan.

    BalasHapus
  2. terima kasih teman, selalu memberikan komen dan dukungan web berita ini, salam buat teman sekeluarga

    BalasHapus